Hari Buku Anak Dunia jatuh pada setiap tanggal 2 April. Sebuah kesempatan yang sangat baik untuk mengingat kembali makna buku dalam kehidupan anak-anak. Begitupula keberadaan hari ini mengingatkan saya pada begitu banyak kontribusi masyarakat, khususnya para penulis buku anak untuk memperkenalkan dunia buku kepada anak-anak.
Membaca Buku Dulu Vs Kini
Realitas hari ini sangat berbeda dengan masa-masa saya masih kanak-kanak, dimana buku merupakan benda mahal dan untuk dapat membaca buku, harus ke perpustakaan sekolah. Salah satu hal yang mengantarkan saya melek baca adalah Papa, beliau selalu bersemangat membawa buku dari kantor untuk saya dan adik-adik untuk dibaca, dan selanjutnya saat itu saya telah melahap habis seluruh buku-buku cerita yang dibawa Papa, hingga sayapun mulai membaca buku-buku Papa yang cukup berat, apalagi buku-bukunya bertema sejarah dan pahlawan Indonesia, karena tak ada buku yang saya baca, akhirnya buku-buku milik Papa menjadi pilihan terakhir yang harus saya baca, seperti sejarah Jendral Ahmad Yani dan buku-buku berjilid berjudul 30 tahun Indonesia merdeka. Selain itu, ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah dipinjami buku-buku terjemahan serial petualangan anak seperti Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau Tahu, dan buku Serial Little House on The Praire. Secara tak langsung perkenalan saya dengan dunia buku dan dunia baca dimulai sejak dini.
Beralih pada era saat ini, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata mengajak anak untuk memberikan porsi waktu membaca itu butuh waktu, alias susah. Terkadang anak mau melakukannya dengan kesadaran dirinya, terkadang juga butuh pengingatan dari orang tua secara terus menerus. Biasanya saya berusaha dan sengaja menyediakan waktu untuk khusus agar anak mau membaca buku.
Baca juga: Refleksi Hari Anak Nasional di Masa Pandemi 2021
Kini, buku tak hanya tampil dengan bentuk cetak, akan tetapi juga berbentuk digital. Sehingga membaca pun tak lagi dilakukan secara manual, dalam artian membaca buku cetak secara langsung, akan tetapi membaca virtual dan kini muncul pula aplikasi membaca dengan audio, sehingga saat mata lelah membaca, mendengarkan isi buku yang dibaca menjadi sebuah alternatif dalam membaca.
Menurut saya pribadi, hingga awal tahun 2022 ini saya merasa bahwa kebutuhan membaca buku cetak itu masih memiliki ruang yang luas bagi anak-anak. Bisa jadi ini dilakukan dalam rangka mengurangi kebutuhan menatap layar ponsel pada anak ya? Dan menurut saya membaca buku cetak itu sangat menyenangkan, bisa jadi pendapat saya juga berbeda bagi anak-anak, karena sebagai orang tua, kita harus mulai belajar melihat dunia anak dari sudut pandang anak-anak, bukan dari sudut pandang orang tua. Demikian pula pada era sekarang sangat berbeda dengan era masa kecil saya dulu.
Bagaimana Mengenalkan Buku Pada Anak?
Setiap usia dalam masa kehidupan anak akan ada proses belajar membacanya, dari anak usia bayi, balita, kanak-kanak hingga remaja. Beberapa tips berikut bisa dilakukan:
1. Mulailah dari Kita (Orang Tua) Untuk Membaca
Yap, menjadi suri tauladan itu sangat penting. Bagaimana anak akan menemukan role model pada orang tuanya sendiri. Selain menjadi motivasi, juga akan membentuk prespektif anak tentang pengasuhan yang baik, sehingga anak tidak merasa diperintah untuk membaca, padahal orang tuanya tidak mau membaca.
2. Ajaklah Anak Memilih Buku-buku Bacaannya Sendiri
Setiap anak pasti memiliki kegemaran untuk memilih buku-buku kegemaran dan tugas kita sebagai orang tua adalah mengarahkan untuk memilih buku-buku yang tepat sesuai dengan usia anak.
3. Buatlah Jadwal atau Waktu Khusus Bagi Anak Untuk Membaca
Membuat jadwal atau waktu khusus bagi anak untuk membaca ini bisa menjadi cara bagi orang tua untuk ‘sengaja’ mengajak anak agar mau membaca, walaupun melalui proses, namun minimal anak akan tahu dan memahami bahwa ia memiliki jadwal membaca setiap minggu atau pada hari-hari yang telah disepakati.
Baca juga: 3 Tips Membangun Komunikasi Ala Generasi Z
Membaca adalah jendela dunia. Saya masih mengamini pepatah ini, karena dengan membaca akan ada banyak pengetahuan dan berbagai sudut pandang yang didapatkan. Apalagi, generasi sekarang masih perlu untuk memiliki kemampuan literasi yang cukup, agar kemampuan literasi anak yang berhubungan dengan teknologi juga terasah dan bijak dalam mengelola kemampuan literasinya. Sehingga ketika terbangun kemampuan literasi yang baik, maka dengan sendirinya kemampuan mencerna dan berpikir kritis terhadap segala persoalan kehidupan akan mudah dilakukan dan diolah dengan baik. Semoga bermanfaat.
12 Comments. Leave new
Literasi parenting emang investasi leher keatas. Dulu aku belum punya uang untuk membelu buku tapu aku bisa pinjam ke sekolah atau rental. Alhamdulillah sekarang aku bisa membeli buku yang aku mau, bahkan anakku kini memiliki hampir 200 buku bacaan, aku senang bacain buku anak dan kedepannya aku juga ingin menulis dan menggambar buku anak agar anak-anak semakin gemar membaca.
Barokallah, keren banget Mbak Sandra.
Inget buku, inget pindah-pindahan rumah.. Buku2ku kececeran semua. Syedih. Dan buku anakku ini masih ada yg di dus. Moga nanti punya rumah akan kutata. Doain lancar ya buun
Amiin. Semangat Mbak.
Setuju banget, Mbak. Kemampuan literasi anak memang harus diasah sejak dini, agar membentuk pola pikir kritis yang dapat bermanfaat untuk kehidupan anak di masa dewasanya kelak.
Kalo anak-anak saya sekarang lagi suka dengerin audiobook di aplikasi Storytel Mbak. Banyak dan seru juga koleksi buku-buku anaknya. Kapan2 cobain, deh.
Wow, keren nih Mbak. Udah downloud Mbak, beberapa cerita udah coba saya dan anak-anak dengerin juga.
Dulu saya kesulitan membaca buku karena keterbatasan buku di rumah serta sekolah. Sukanya pinjam ke tetangga sebelah berupa majalah Bobo gitu. Buat anak-anak, semua memang mesti dilatih sejak dini. Dari saya hamil sudah mulai nabung buku. Saat anak pertama saya lahir, saya ingat hanya punya beberapa buku saja, Mbak. karena harga buku anak memang terbilang lumayan dan masih banyak prioritas lainnya saat itu. Alhamdulillah, saat ini saya sudah punya perpustakaan mini dengan banyak buku bacaan untuk anak2 dan dewasa. Anak-anak saya gemar membaca. satu buku bisa dibaca berulang kali tanpa bosan. Dan mereka senang sekali beli buku sampai saya kewalahan membelikannya jadi suka gantian pakai uang mereka sendiri…hihi. Masya Allah.
Masya Allah, barokallah Mbak Muyas, seru sekali pengalama ananda membaca buku ini yaa.
Sepakat, Buku adalah jendela dunia. Tambah satu lagi mungkin, hp juga bisa menjadi jendela dunia 😀
Aih, bener Mbak, sekarang hp bisa segala-galanya yaa.
Setuju banget kalau anak mau gemar membaca harus mulai dari orang tua. Dan, ini yang aku rasakan sekarang. Karena suka baca buku depan anak, si kecil ikut antusias. Baik buku fisik maupun digital dia suka minta dibacakan.
Keren Mbak Erin, semangat selalu ya Mbak