Halo Ibu-ibu dan Sahabat, apakah pernah menulis cerita? Menulis itu terkadang dirasa sulit lho bagi mereka yang sama sekali belum pernah menulis, akan tetapi mudah bagi yang sudah terbiasa menulis. Menulis memang membutuhkan skill tersendiri. Bagi para Ibu-ibu dan Sahabat yang sudah terbiasa menulis, akan enjoy menuliskan berbagai ide yang ada di kepala dan menuangkannya dalam bentuk tulisan baik berupa cerita atau opini.
Sebagai ibu yang gemar menulis saya pun pernah menemani anak menuliskan apa yang dirasakannya selama pandemi, namun selesai satu cerita, si Kakak sudah ogah-ogahan menulis kembali, seakan semangatnya hilang. Saya sedih sih, tapi terkadang kita tak boleh terlalu memaksa anak, karena hanya kita sebagai penulis, dimana secara tidak langsung ada juga keinginan untuk mengkonstruk anak-anak kita agar menjadi seperti diri kita, padahal ya Ibu-ibu dan Sahabat, anak-anak itu punya dunia sendiri dan keinginan yang berbeda, sehingga seyogyanya sebagai ibu yang baik hendaknya memberi ruang bagi anak untuk menyalurkan kegemaran yang disukainya.
Baca juga: Menggapai Bahagia Melalui Self Love
Anak pertama saya itu suka menggambar, menulis, baca komik, lalu endingnya fokus menggambar komik, dan kini harus sekolah di pesantren, jadi bisa jadi dia tak lagi berkutat dengan hobinya. Begitupula dengan anak kedua saya yang pernah menulis satu cerita pendek, lalu ogah-ogahan menulis dan kini dia suka menggambar serta membuat kerajinan tangan, eksperimen kecil dan beberapa minggu terakhir dia menyukai kegiatan membuat kue dari beberapa media sosial yang dikenalnya.
Nah, sekarang menemani anak menuliskan cerita itu bagaimana? Adakah tantangan tersendiri? Alhamdulillah, saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini, dimana beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengikuti kelas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) tentang “Writing With Kids Class” bersama Cikgu Anna Farida dan Qosima, penulis buku Seni Berbicara ala ABG: Ketika Ibumu Menjadi Macan, Bagaimana Menaklukkannya? Dan Qosima ini putri dari Cikgu Anna lho. Alhamdulillah, sejak bergabung dengan Mitra Jenama Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) ini saya banyak mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat, salah satunya kelas ini. Acara dipandu oleh Mbak Lita selaku moderator, kemudian sambutan dari Mbak Widyanti Yuliandari selaku Bu Ketua IIDN dan langsung menuju ke pemateri Cikgu Anna Farida dan sharing Mbak Qosima di akhir sesi lau tanya jawab.
Pada dasarnya menulis bagi anak itu menuangkan gagasan/ide dan mendeskripsikan perasaan, dan tidak semua anak bisa melakukannya. Menulis pada anak dilakukan karena anak ingin mengekspresikan pikiran dan perasaannya, berbagi pengalaman tentang suatu hal kepada orang lain, untuk menanyakan sesuatu dan menjelaskan apa yang mereka sukai.
Manfaat Menemani Anak Menuliskan Cerita
1. Bonding, yaitu menemani anak menuliskan cerita ini untuk memperkuat hubungan orang tua dan anak,
2. Sharing, cerita adalah sarana untuk sharing anak atas pengalaman dan perasaan yang dialaminya pada orang tua, sehingga ketika anak sharing maka ibu akan menemani dan memberikan saran, baik berupa pertanyaan yang mengarah pada cerita anak tadi.
3. Facilitating, anak juga perlu fasilitas dalam menuliskan ceritanya, berupa alat tulis, kertas, buku, dan membaca buku merupakan bagian dari fasilitas yang perlu digalakkan agar memberikan gambaran bagi anak dalam menulis nantinya.
4. Encouranging, yaitu memberanikan anak ini juga berkaitan untuk menuliskan cerita sedikit demi sedikit dan meminta anak menceritakan kembali berbagai cerita yang ingin dibuatnya.
5. Appreciating, perlu ada apresiasi orang tua pada karya anak. Ungkapan “Bagus banget”, “Emm…bagus” biasanya diucapkan orang tua sebagai bentuk apresiasi, dan sejatinya nggak cukup dengan kalimat-kalimat itu dalam mengapresiasi karya anak, akan tetapi orang tua perlu fokus dalam memberikan masukan dan juga kritik atas apa yang ditulis anak.
Baca juga: Aktivitas Megasyikkan Learn Form Home (LFH) Bersama Ananda
Bagaimana Mendampingi Anak Menulis?
Menurut Cikgu Anna, ini dia cara mendampingi anak menulis:
1. Modelkan, anak-anak perlu contoh dalam menulis. Bagaimana menulis yang bagus, bagaimana mengembangkan paragraf dan sebagainya.
2. Beri Inspirasi, bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, untuk itu beri inspirasi berupa gambaran tentang apa yang akan ditulisnya.
3. Bantu Mengembangkan, bantu anak untuk mengembangkan poin-poin cerita anak yang sudah disusun. Misalnya memberikan komentar dengan berbagai pertanyaan, misalnya: “Siapa nama putri yang keluar dari istana?”, “Lalu apa yang terjadi dengan sang putri setelah bertemu penyihir?”, dan lainnya.
4. Kenali Minat Anak, sebagai orang tua tentunya perlu untuk mengenali minat dan bakat anak dimana. Sehingga orang tua hanya perlu mengarahkan, memotivasi, dan memberi fasilitasnya. Setiap anak seharusnya tidak boleh dibeda-bedakan dengan keluarganya, karena unik.
5. Bantu Mengarsipkan, terkadang jika anak kesulitan untuk mengarsipkannya, orang tua bisa membantunya, misalnya dengan mengetikkannya di laptop,
6. Beri Ruang Untuk Proses, proses itu penting, setiap apa yang dilakukan oleh anak pastinya membutuhkan poses, dan tahapan ini juga ada dalam berbagai kegiatan. Sehingga menulis pun membutuhkan proses agar tulisan menjadi lebih menarik dan layak dibaca.
Bagaimana Cara Anak Mengembangkan Ide Tulisan?
Tulisan yang baik akan tampak seiring dengan waktu. Menurut Cikgu Farida, Proses menulis bagi anak itu penting banget, sehingga orang tua bisa membantu anak dalam 4 cara yaitu: catatkan, perkaya, rujukan, dan gambarkan. Orang tua mendampingi anak dengan memberikan catatan atas kekurangan tulisan yang dimiliki anak, kemudian memberikan referensi, agar tulisan makin kaya dan memberikan gambaran sehingga anak memahami apa yang ditulisnya.
Oh ya, 3 hal yang sangat penting agar anak konssten dalam menulis adalah Jadwal, target, dan proses menulis. Ketiganya sangat penting dilakukan agar tulisan jadi dan selesai, walaupun nantinya akan ada banyak perbaikan.
Kelas menulis bersama Cikgu Anna Farida yang saya ikuti ini ilmunya daging banget, isinya bermanfaat semua bagi para Ibu dan Sahabat yang akan melakukan pendampingan menulis pada anak. Apalagi ada Mbak Qosima yang turut sharing tentang pengalaman menulis bukunya. Mbak Qosima yang masih berusia 14 tahun ini merupakan putri Cikgu Anna Farida, dan beliau menemani proses menulis putrinya. Kelas bersama beliau ini seru banget dan saya banyak mendapatkan pencerahan dari paparan beliau ini.
Nah, Ibu-ibu dan Sahabat, saatnya mempraktikkan cara-cara mendampingi anak menulis ya? Semoga berhasil, dan pastikan bahwa proses akan memberikan hasil yang terbaik, karena saya percaya membangun proses menulis akan menghasilkan pengalaman menulis yang berharga bagi anak-anak. Semoga bermanfaat.
56 Comments. Leave new
Anak-anakku kurang suka menulis, cuma aku sendiri yang hobi menulis
Gpp Mbak, setiap anak beda-beda yaa
Keren. Apalagi kalau mama sama anak bisa bikin buku solo bareng
Bener banget Mbak
Pernah anak saya ajak nulis, semangat banget. Tapi seringnya ogah-ogahan.
He..he…karena nakan-anak kurang fokusnya ya Mbak?
Wah, impian saya nih, anak-anak bisa senang menulis hehehe. Bersabar dalam proses ketika mendampingi mereka memang butuh latihan juga ya Mbak. Terkadang saya ingin cepat-cepat mengkoreksi bukan justru memberi semangat agar mereka terus berproses..
Semangat Mbak
Kalau bocil lebih suka bercerita aja, kalau diminta nulis seperti emaknya mogok. Tetapi layak dicoba sih untuk alternatif kegiatan bersama ini.
He..he..he…samaan dengan bocilku Mbak, kalau lagi mau aja nulisnya.
Belum punya anak, tapi bisalah tips.y sy pelajari dulu biar pas punya anak udah ad gambarannya
Siap Kak
Seneng ya kalau punya anak sedini mungkin bisa menulis. Yang penting diusia kecil mereka senang dengan literasi ya,mbak
Betul Mbak
anakku dulu pernah punya blog dan baru sekali nulis. setelah itu nggak nulis lagi sampe skg usianya 20. pdhl ya akunya ingin dia melanjutkan menulisnya itu ya
Memang keinginan ibu beda dengan anak ya Mbak? semoga bisa menulis lagi yaa
Waktu saya masih SD saya pernah nyoba nulis cerita, pas saya baca sendiri, kok ngerasa jelek bgt, jadi gak mau nulis lagi deh pas masa SD, mungkin salah satunya karena gak ada yang memuji dan mengapresiasi ya
He..he..he.. dulu saya pun begitu, jadi apresiasi penting banget ya Mbak
Wah iya, KLO anak punya minat dan bakat menulis, ada baiknya ditemani saat Menuliskan cerita ya mbak
Benar Mbak, agar terarah dan jadi yaa
saya juga ikut ini hihi lucu banget Qosima semoga nanti bs mencontoh cikgu anna farida
Iya, seru ya Mbak. Anak-anak akan merekam semuanya dan bisa jadi cerita.
Kalau anak menulis didampingi ortu itu lebih joss. Saya dulu kecil semuanya otodidak, termasuk belajar nulis. Ya maklum, ortu dari zaman sebelum baby boomers.
Iya, samaan nih Mbak, saya pun otodidak dulu.
Kalau anakku baru TK sih jadi masih belajar mengenal huruf. Mungkin nanti kalau sudah lancar menulisnya ya dia bisa menukis cerita yang biasa dia ceritakan dg semangat.
Iya Mbak, bertahap ya kemampuan anak itu.
anakku masih bayi sih tapi baca tulisan ini kebawa angan angan kalau suatu hari nanti aku bisa nulis bersama anakku 🙂
Keren banget Mbak, sama Mbak, pengen someday kolaborasi sama anak nih.
kita sekelas ya mbak ternyata, saya juga mempunyai PR mendampingi ananda menulis, anak pertama saya yang masih belajar menulis, selama ini masih di diari aja
Keren Mbak, sudah menulis di diari, karena anak kedua ketiga saya masih MI jadi belum kepikiran mereka menulis di diari.
Anakku belum kelihatan sih bakat serta minatnya di apa, soalnya masih 2 tahun hehe. Bisa aku pertimbangkan untuk coba ajak anak menulis sebagai referensi di masa depan. Makasih sharingnya mba
Siip Mbak, sama-sama.
Noted, tiga hal penting agar anak konsisten menulis: jadwal, target, dan proses menulis! Senangnya jika sejak dini anak diarahkan untuk menulis. Anak-anak saya keduanya lebih pilih menggambar hiks
Lain waktu bisa ikutan kelas keren IIDN ini nih kalau ada lagi. Sementara baca dari artikel Mbak Laily yang menarik ini
Terima kasih Mbak. Toss, anak saya pun hobi menggambar.
Suka dengan bagian 3 hal penting dalam menulis : Jadwal, target, dan proses menulis.
Tidak hanya untuk anak saja tapi kita orang tuanya juga penting sekali mengawasi dan mendampingi 3 hal tersebut
Sepakat Mbak
wah pengen banget anakku juga nanti suka nulis. makasih sharingnya mbak semoga nanti bisa kupraktikkan ke anakku. sekarang sih umurnya baru 5 tahun lagi senang kalau dibacain cerita
Siip Mbak, amiin.
Anaknya nanti bakalan ngikuti jejak Ibunya nih, Mbak.
dari kecil udah kelihatan ya anak-anaknya juga punya minat tinggi di dunia literasi ya 🙂
anak-anak perlu diberi semangat, motivasi juga diarahkan untuk terus bisa menggali minatnya ya, apresiasi juga penting biar mereka lebih semangat lagi ya.
Amiin, pengen saya begitu, semoga Mbak. Betul, karya anak perlu diapresiasi Mbak.
Yang sulit itu konsistensi ya kan,semoga aku bisa konsisten ngajarin anak panti sampe adankaryanya ya.amiin.
Betul banget Mbak, konsistensi itu penting.
Anakku nggak ada yang mau kalau diajak ikutan kelas menulis cerita anak. Dia lebih suka ikutan kelas yang bikin video begitu, atau kelas menggambar digital. Emak hanya memfasilitasi saja.
Gpp Mbak Lisa, yang penting anak bisa berkreasi dan kita hanya mengarahkannya.
Mengajari anak menulis, seperti mengajari anak menuangkan cara pandang dan pemikirannya, ya mbak. Jadi tahu apa yang dia pikirkan dan cara dia mengeksperikannya lewat sebuah cerita.
Betul sekali Mbak
saya suka perhatikan saudara saya yang suka belajar dengan anaknya juga kayaknya bondingnya makin kuat gitu, termasuk menemaninya belajar menulis cerita
Siap Mbak, membangun bonding itu penting banget yaa
Semangat mendampingi mbak. Semoga apa yang dijalani menghasilkan buah yang ranum di kemudian hari untuk ananda
Amiin Mbak
Dengan menemani anak menulis cerita, kita juga bisa sekalian belajar lagi menulis ya mbak. Wah bagus bgt nih..
Betul banget Kang
Ternyata menemani anak menulis cerita memiliki banyak manfaat yah mom, semoga kelak saya juga bisa mendampingi anak anak melakukan hobi mereka
Betul Mbak. Amiin.
Orang tua saja mood nulisnya masih sering naik turun apalagi anak2 ya. Tapi bagus nih kalau anak udah ada minat dan bakat menulis sejak kecil, kita sebagai orang tua tinggal bantu untuk mengarahkan dan memfasilitasi agar bakatnya itu bisa berkembang. Tentu seru juga kalau kita bisa menulis bareng anak
Betul banget Mbak Siska.