Penahkan Ibu dan Ayah sebagai orang tua ditanya oleh anak- tentang hal-hal yang sifatnya tabu seperti seputar seksual, dunia mereka seputar pubertas dan jatuh cinta, dan tertarik dengan lawan jenis? Lalu apa sih yang Ibu dan Ayah lakukan?
Realitas Masyarakat Memandang OYPMK dan Remaja Disabilitas
Hari ini di saat perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi ternyata faktanya masih banyak adanya berbagai kejadian bahwa di kalangan masyarakat masih minim informasi tentang pentingnya edukasi kesehatan seksual bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas. Hal ini dikarenakan adanya stigma-stigma bahwa OYPMK dan remaja disabilitas dipandang tidak mampu atau tidak bisa untuk diajari atau diajak belajar hal-hal baru terkait kebutuhannya, padahal sebenarnya mereka bisa asal diberi edukasi secara berkelanjutan, selain itu remaja disabilitas juga termasuk golongan yang rentan mendapatkan pelecehan seksual, sehingga perlu dibekali dengan berbagai informasi penting seputar hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR).
Sehingga hari ini pun kita masih perlu membangun edukasi pada masyarakat tentang pentingnya mengetahui dan membicarakan berbagai informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi, khususnya bagi OYPMK dan remaja disabilitas.
Alhamdulillah, pada hari Rabu, 25 Mei 2022 saya berkesempatan mengikuti kegiatan webinar live youtube berita KBR tentang edukasi Hak Kesehatan dan Reproduksi Bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas. Pada webinar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Mbak Westiani Agustin, Founder Biyung Indonesia, Mbak Nona Ruhel Yabloy, Project Officer HKSR NLR Indonesia, dan Mbak Wihelimina Ice, Remaja Champion Program HKSR.
Mengenal Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi ini merupakan hak yang harus diketahui yang dimiliki para remaja putri yang meliputi:
- Aspek tubuh yang berkaitan dengan pubertas, bagaimana anak dan remaja mau berbicara tentang kekerasan atau pelecehan seksual yang misalnya terjadi, sehingga mereka perlu diajarkan untuk mau speak up terhadap kejadian kekerasan ini. Kemudian perlu bagi mereka untuk mengetahui anggota tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.
- Kebersihan diri lebih pada merawat diri, misalnya ketika menstuasi dan bagaimana menjaga dari bullying, khususnya pada oypmk dan remaja disabilitas, bagaimana membangun lingkungan yang aman dan ramah bagi oypmk dan remaja disabilitas, karena ada banyak stigma pada oypmk dan remaja disabilitas dari orang-orang terdekat bahwa ia tidak mampu dan tidak bisa untuk melakukan hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan.
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan Masyarakat Kita
Berbicara tentang kesehatan seksual di masyarakat ini masih merupakan hal yang tabu. Padahal sesungguhnya penting dilakukan agar generasi remaja kita melek tentang kesehatan seksual ini. Edukasi tentang kesehatan seksual ini dapat diberikan melalui bantuan orang tua, guru, saudara, atau fasilitator kesehatan.
Mengingat pentingnya edukasi ini, Mbak Nona menjelaskan bahwa membicarakan hak kesehatan seksual ini secara tidak langsung juga membicarakan persoalan tubuh kita sendiri yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya kita dan masyarakat yang ada. Beliau juga menambahkan bahwa remaja dan disabilitas memiliki hak untuk mengetahui bagaimana perkembangan seksualitas mereka, misalnya menstruasi. Banyak orang tua yang belum memberikan pengetahuan yang cukup bahwkan terkesan abai untuk menjelaskan persoalan kesehatan seksual dan reproduksi anak perempuannya, padahal ini sangat penting.
Baca juga: Mengenal Kusta dan Penanganannya di Indonesia
Begitu pula dengan adanya mimpi basah pada anak-anak laki-laki. Sehingga edukasi ini memberikan informasi pada anak remaja dan disabilitas untuk memahami HKSR yang dimilikinya agar mereka dapat melakukan pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Kemudian, terkait dengan penggunaan pembalut, anak remaja perlu diberi edukasi yang benar seperti bagaimana cara menggunakan pembalut yang benar, berapa lama penggunaan pembalut dan sebagainya.
Menurut Mbak Nona, pemahaman tentang HKSR itu dimulai sejak dini, misalnya toilet training, memberikan penjelasan kepada anak-anak untuk tidak memperbolehkan orang menyentuh tubuh. Dan edukasi ini tidak hanya dilakukan oleh ibu tetapi juga ayah, dan orang-orang terdekat.
Senada dengan edukasi ini HKSR NLR Indonesia membentuk My body is mine, yaitu edukasi kepada OYPMK dan remaja disabilitas, orang tua serta pendamping di rumah. Sehingga ketika mereka di rumah, orang tua dan pendamping aka memahami apa yang diajarkan anak di sekolahnya, karena perlu dukungan dari orang tua bagaimana mengkomunikasikannya pada anak-anak, sehingga ada penyamaan opini antara orang tua dan anak.
Pada sesi kedua Mbak Westiani Agustin selaku Founder Biyung Indonesia menjelaskan bahwa Biyung Indonesia hadir sebagai upaya untuk mensejahterakan lingkungan dan pelestarian bumi. Sesuai dengan nama Biyung yang berarti ibu, karena sumber kehidupan berasal dari ibu, juga ibu bumi, sosok yg perlu dijaga dan dihormati.
Pada awalnya aktivitas Biyung Indonesia ini mengacu pada isu konservasi alam dan perubahan lingkungan. Namun, mereka kini fokus pada lingkungan dan orang-orangnya, karena ada stigma bahwa perempuan adalah kontributor sampah terbesar di dunia. Stigma ini mendorong para aktivis Biyung Indonesia ini untuk fokus mengelola, mengabdi dan membuat produk yang bisa mengurasi sampah pembalut. Sehingga mereka melakukan edukasi pada kelompok perempuan rentan yang belum bisa mengakses hak kesehatan seksual dan reproduksinya.
Kemudian pada sesi ketiga dari Mbak Wihelimina Ice yang bergabung di NLR pada tahun 2018 dan terlibat dalam berbagai kegiatan di NLR. Menurut Mbak Ice, Program HKSR ini penting untuk mendapatkan materi dan informasi tentang HKSR bagi remaja disabilitas dan non disabilitas, karena masih banyak masyarakat yang minim informasi tentang pentingnya HKSR ini.
Oleh karena itu, Ibu dan Ayah, perlu kiranya bagi kita untuk berkomunikasi, memberikan ruang dan waktu kepada anak-anak kita dalam rangka mengedukasi HKSR kepada anak-anak agar tercipta pemahaman yang benar terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Semoga bermanfaat.
16 Comments. Leave new
Bener banget sih, sejak dini perlu kita kenalkan edukasi seksual ke anak. Btw, OYPMK kepanjangannya apa kak?
Betul Kak. OYPMK kepanjangan dari Oyang Yang Pernah Mengalami Kusta Mbak.
Setuju dengan perlunya mengenalkan edukasi tentang kesehatan pada anak oleh orang tuanya biar anak engga salah informasi.
Siap Mbak
Setuju sekali, Mbak Laily. Saya sedang mengalami nih punya anak usia puber yg baru mau lulus SD. Rasa ingin tahunya besar banget terkait masalah-masalah seksual dan reproduksi. Harus diterangkan secara hati-hati biar enggak nyari sendiri di Google karena takut salah informasi.
Iya Mbak, sama nih. Perlu dalam mengedukasi anak yaa
Bagus mba review tulisannya,karena untuk anak yang gak berkebutuhan khusus aja,gak mudah jelasinnya,apalagi yang berkebutuhan khusus ya,tapi pas baca artikel ini jadi tahu,makasih ya.
Benar sekali Mbak. Sama-sama, semoga bermanfaat yaa.
Untung sekarang sudah canggih ya mba jadi edukasi lebih merata untuk semua pihak
Alhamdulillah Mbak, tetapi tetap harus ada edukasi berkala juga.
Aku pernah ditanya hal semacam itu oleh anak murid SD. Memang penting banget ya mengkomunikasikan hal ini. Agar mereka tidak bingung dan jadi salah arah. Ulasan yang menarik Mba.
Betul sekali Mbak, penting banget untuk mengedukasi hal ini.
Memang penting ya HKSR ini dimulai sejak dini utk semua lapisan masyarakat
Betul sekali Mbak Dy
Setuju, nih, dengan pernyataan “My body is mine.”
Anakku di TK juga sudah diajarkan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Jadi, sejak kecil sudah diajarkan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi, agar makin waspada di kemudian hari.
Betul Bunda, agar anak aware sejak dini yaa