Novel Patemun ini bercerita tentang kehidupan tokoh-tokoh perempuan dengan latar belakang adat Gayo Aceh. Novel ini bercerita tentang kehidupan dua tokoh perempuan yang Bernama Tangke dan Tuah, dua nama perempuan ini menjadi tokoh sentral yang dibahas dalam novel berilutrasi karya Arami Kaseh
Judul Buku: Patemun
Penulis: Arami Kaseh
Penerbit: CV Penerbit
Cetakan I : 2020 dan II: 2021
Jumlah halaman: 300
Isi Cerita
Membaca Patemun seakan membaca beragam persoalan yang terjadi silih berganti dalam kehidupan perempuan dari generasi ke generasi. Patemun dalam bahasa Gayo berarti jodoh. Langkah, rejeki, patemun, dan mati seakan menjadi mantra bagi kehidupan manusia. Pun, dalam sebuah budaya adat Gayo Aceh ini, nama seseorang juga akan berkutat pada empat hal, langkah, rejeki, patemun, dan mati.
Lingkaran patrilineal kerap menjadi sebuah ‘lakban’ yang cukup ampuh bagi perempuan untuk tutup mulut, bertekuk pada takdir yang harus mereka jalani sebagai perempuan yang hanya punya kesempatan sedikit untuk mengenyam bangku pendidikan guna merajut masa depan yang lebih baik.
Baca juga:
Meneropong Dunia Perempuan Lewat Karya Sastra
Kejujuran Adalah Segala Rasa Tersendiri: Review Novel The Vanila Heart
Arti Sebuah Kesetiaan Dalam Novel Wedding Agreement
Pada kehidupan yang dialami oleh Tangke dan Tuah, dua perempuan ini memberikan gambaran bahwa perempuan harus siap bermental baja mengurus segala keperluan keluarga suami sejak ia memutuskan menikah walaupun bukan dengan laki-laki pilihannya.
Tangke sebagai representasi perempuan yang harus menerima guratan nasib, yaitu menikah dengan keinginan ayahnya disebabkan perbuatan laki-laki yang menodainya lantaran lelaki berasal dari orang berada maka ia harus menerimanya.
Tuah sebagai representasi perempuan yang menginginkan keadilan dan kebebasan untuk meraih mimpi, asa, dan cita-cita yang seringkali terpinggirkan dan tak mudah diraih karena alasan anak perempuan. Malangnya, kepenatan yang dirasakannya seakan tak ada harganya. Kematian dua suaminya sebenarnya merupakan salah satu bentuk pemberontakan, sebuah kebebasan yang ia impikan dalam hidupnya.
Refleksi Pembacaan atas Novel Patemun
Berbicara adat suatu daerah memang tidak lepas dari praktik yang ‘legal’ dari generasi ke generasi yang terus ‘diamini’ tentang struktur adat yang harus dijalani. Bagaimana adat secara tak langsung mampu menghegemoni pemikiran masyarakat dengan memberikan ruang yang sebebas-bebasnya bagi laki-laki sebagai sistem pemegang kuasa atas ‘hidup’ perempuan, sehingga dalam novel ini perempuan digambarkan sebagai pelayan pribadi, pengurus anak, dan pengurus rumah suaminya.
Novel Patemun yang ditulis oleh Arami Kaseh ini memberikan ruang tersendiri bagi perempuan untuk bangkit menelisik kehidupannya kembali, tanpa mengesampingkan adat yang telah mendarahdaging. Sebagaimana pepatah dimana bumi dipijak, disitu tanah dijunjung, sehingga adat sebagai bagian penting dalam masyarakat perlu memberikan sentuhan perhatian pada kehidupan para perempuan, khususnya generasi sekarang untuk kehidupannya di masa mendatang.
Baca juga:
Novel berilustrasi ini menjadi sebuah terobosan karya novel yang berbeda dengan kebanyakan novel-novel lainnya. Novel Patemun ini tak hanya berisi barisan huruf penuh makna, akan tetapi dilengkapi dengan ilustrasi juga, karena ilustrasi sejatinya bisa mewakili nilai-nilai yang dibawa dalam kata-kata tanpa jeda. Ilustrasi dipandang mampu untuk memberikan makna tersendiri bagi pembaca untuk dapat mengambil benang merah dari kisah yang telah dipaparkan. Pun, dalam novel Patemun, penulis berhasil mengilustrasikan sisi kelam perempuan sebagai liyan, walaupun itu lumrah terjadi dan ada dalam masyarakat.
Novel ini layak dibaca khususnya bagi orang dewasa untuk memperkaya ruang dan prespektif bahwa perempuan itu sangat berharga, perempuan itu bukan liyan, akan tetapi perempuan merupakan tokoh sentral dalam perjalanan kehidupan anak manusia.
23 Comments. Leave new
Wah, novel keren nih. Kayaknya harus masuk ke reading list tahun ini deh. Hehe. Terima kasih referensinya, Kak.
Iya Kak, masuk rwl dah.
Wah.. Novelnya kaya menarik banget nih untuk dibaca dan aku mesmy bwki njh biar gak penasaran sama isi ceritanya
Yuk, dibaca Mbak, novel berilustrasi ini menarik banget.
Novel yang settingnya adat selalu menarik untuk dibaca ya Kak. Akan ada konflik di baliknya, apalagi karakternya perempuan masa kini. Cari ah novelnya. Udah lama engga baca novel…
Bener banget, saat membaca novel dengan latar belakang adat ada banyak hal baru yang kita akan temukan.
Jadi pingin baca novelnya suka banget novel perempuan yang menyentuh dan menambah wawasan
Iya Mbak, betul banget.
Kayaknya seru ya mba ceritanya, apalagi kalau menyangkut praktek adat di indonesia itu nggak ada habisnya kalau dikulik,
Menarik, Mbak. Sepertinya saya akan suka novel ini. Di zaman modern seperti sekarang, isu patriarki masih belum basi untuk di dengungkan. Masih banyak perempuan yang terpaksa menerima takdirnya tanpa kebebasan berekspresi.
Iya bener banget, lingkaran patriarki tetap ada ya?
Novel Patemun membuka cakrawala pembaca akan budaya Aceh Gayo beserta kisah seputar perempuan. Sangat menarik yaa.. Karena seperti yang kita tau, Aceh menerapkan beberapa aturan Islam yang kuat. Ingin tau bagaimana mulianya perempuan di daerah “ Seuramo Mekkah”.
Iya Kak,perempuan dalam Patemun ini sangat menjelaskan kondisi masyarakatnya.
Jadi selain mendapatkan cerita bermakna, bisa melihat berbagai ilustrasi yang disuguhkan novel ini ya.
jadi pengen ikutan baca aku mbak
Betul Mbak Anis, siluet sih gambarnya.
Keren nih, agak berat sepertinya ni novelnya. Tapi cerita tentang perempuan beserta seluk beluknha tuh selalu menarik
Betul banget bacaan berat ini Mbak.
Wah sepertinya bagus banget nih novelnya. Tapi baru kali ini dengar novel ini. Masuk waiting list to read nih.
Siap Mbak aotu RWL yaa
Wah berarti ini cocok untuk orang-orang yang mungkin tidak tahan kalau bukunya isinya cuman tulisan aja
Iya nih, he..he..
Fokus sama ilustrasinya
Keren ya ilustratornya
Aku sendiri masih sulit membuat itu
Iya Mbak