Kata pengantar dari Mbak Asma Nadia tentang buku ini makjleb banget. “Cinta Pertamakah yang akan mendampingimu ke Surga?” duh, jadi auto muhasabah nih Buk Ibuk dan Sahabat. Dua kali membaca buku ini yang ada saya selalu meneteskan airmata demi melihat betapa gigih perjuangan tokoh utama dalam novel ini. Penasaran bukan? Yuk, segera kita kulik bersama.
Judul Buku: Sehidup Sesurga, denganmu
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: KMO Indonesia
Cetakan: Pertama, Maret 2020
Kedua, Juli 2020
Tebal buku: 345 halaman
Cerita dibuka dengan episode kehidupan sang tokoh utama, yaitu Dyah Ayu Rembulan yang lahir dari keluarga sederhana dan memiliki 3 orang anak, seorang laki-laki dan dua anak perempuan. Mae, panggilan sayang keluarga ini pada seorang perempuan yang selalu sabar menerima pada kenyataan yang terjadi. Dyah Ayu Rembulane anak ketiga mereka diagnosa menderita penyakit paru dan beruntung segera tertangani. Seluruh anggota keluarga inipun berbenah, mulai menjaga kebersihan, ventilasi udara yang cukup, berjemur, hingga memberikan asupan gizi yang baik pada anak ketiga.
Baca juga:
Lambat-laun, si anak ketiga ini tumbuh menjadi putri yang sehat. Mereka pun hidup dengan penuh bahagia dalam kesederhanaan hingga Dyah Ayu Rembulane bersikeras menginginkan adik perempuan. Mae dan Pa berusaha mewujudkan keinginan putri mereka, padahal sebenarnya Mae sudah dilarang untuk hamil lagi. Mae bersikeras untuk kebahagiaan anaknya, kemudian Mae pun hamil. Ketiga anak-anaknya menyambut kehamilan Mae dengan penuh suka cita. Si sulung Kuncoro dan si tengah Dwi membantu pekerjaan Mae dan Dyah ayu sibuk mengajak adiknya bercerita, hampir semua dongeng dan pepatah Mae yang biasa ia dengan ia sampaikan pada adik dalam kandungan Mae. Kemudian tibalah kelahiran si anak bungsu, Mae mengalami komplikasi dalam proses kelahiran, disebabkan benjolan tumor. Dyah Ayu Rembulane kini bukan anak bungsu lagi, tapi Mae telah tiada.
Selepas Mae tiada, ketiga anak penuh rasa rindu pada sosok Mae. Pae yang sangat sedih selalu dirudung perasaan bersalah, mengapa ia tidak membawa Mae ke rumah sakit pada proses persalinan. Kini, kehidupan keluarga ini penuh rasa kehilangan. Para tetangga sibuk menghakimi Dyah, karena gara-gara ia meminta adik, sehingga menyebabkan Mae wafat. Teman-temannyapun di sekolah satu persatu meninggalkannya, sehingga ia hanya bermain dengan adik bungsunya, Seruni di rumah.
Kehidupan keluarga ini pun berubah. Pae pergi untuk kerja jualan wedang ronde ke kota, pulang dua atau tiga hari sekali. Lalu Mas Kuncoro memutuskan mencari kerja di kota. Tinggallah Mbak Dwi, Dyah, dan si bungsu. Suatu ketika Pak e memberi hadiah buat mereka berdua, ternyata hari itu Pak e membawa ibu baru untuk mereka. Pak e menganggap mereka membutuhkan ibu untuk menjaga agar selama Pak e ke kota, mereka ada yang menemani.
Episode kehidupan bersama ibu tiri pun dimulai, walaupun keduanya tidak menyetujui ide Pak e, namun mereka menyerah demi kebahagiaan Pak e. Akan tetapi, Ibu baru bukanlah Mae. Mereka mengalami kehidupan yang berat sepeninggal Pak e ke kota. Mereka wajib mencabut singkong, menyapu pekarangan, setelah sekolah mereka menyiram tanaman, dan menciptakan cerita yang bahagia selama hidup dengan ibu tiri saat Eyang Uti, dan teman-teman sekolah mereka bertanya. Pekerjaan yang berbeda dengan Tita adik tiri mereka yang hanya duduk manis. Hingga akhirnya Mbak Dwi memutuskan pergi dari rumah dan meninggalkan mimpinya untuk lulus sekolah dasar. Tersisa Dyah Ayu yang hidup bersama Seruni dan kehidupan yang berat tetap ia jalani hingga ia berhasil tamat sekolah dasar.
Selepas menerima ijazah di tangan, tekad Dyah bulat, ia tak pulang ke rumah, namun ke rumah bibinya dan bersikeras ikut ke kota untuk bekerja. Pak e menginginkan jawaban atas kepergiannya ke kota, namun Dyah tetap bungkam. Perjalanan hidup Dyah menjadi pembantu rumah tangga pun bergulir dari satu rumah ke rumah yang lain. Hingga ia bertemu Bunda yang menganggapnya seperti anak sendiri, tetapi selalu menjadikannya bulan-bulanan, yaitu tameng untuk meminjam uang dan berhutang. Walaupun Dyah tak mendapatkan gaji, namun ia berhasil tamat hingga ke sekolah menengah lalu bekerja dan kuliah.
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Untuk Para Ibu
Semua kegiatan ini Dyah lakukan dengan penuh semangat. Ia bergabung di sebuah MLM lalu kuliah. Ia juga membuka usaha laundry dari uang tabungannya, usaha laundry berjalan lancar, hingga ia menghentikan bisnis laundry karena pegawai yang tak amanah. Kemudian Dyah fokus untuk berjualan online dengan penuh semangat.
Dyah pun memutuskan menerima lamaran Wildan, seorang laki-laki penggemar game. Ketika ia sakit, Wildan tak kunjung membawanya ke dokter, tetapi malah percaya orang pintar. Hingga suatu waktu bersama Mas Kuncoro, Dyah berobat ke dokter dan di rahimnya ada tumor yang harus segera dioperasi. Biaya operasi yang membumbung tinggi membuat Dyah ekstra bekerja, ia percaya Allah akan memberinya rizki yang terbaik. Walhasil, omzet penjualan onlinenya melesat dan operasi pun berjalan dengan lancar. Namun, sang suami tetap santai dan berpikir bahw ia bisa meminjam uang hasil keringat istrinya. Kehidupan rumah tangga ini mencapai titik kesabaran Dyah, dan ia menerima talak yang dijatuhkan suaminya. Wildan pergi dengan membawa mobil hasil keringat Dyah selama ini.
Seiring waktu Dyah kembali menekuni bisnisnya bersama Dita sahabatnya. Kemudian ia berjumpa Dimas kawan lama saat kuliah yang akan sibuk mengurusi website milik usaha Dyah dengan omset 700 juta per bulan. Dyah berkeinginan memiliki brand kosmetik sendiri. Alhamdulillahnya, kini ia bisa memiliki brand kosmetik sendiri setelah ia menikah dengan Dimas.
Sosok Dimas ini juga diceritakan dalam bab-bab novel ini, dimana ia ditinggalkan istrinya, padahal Dimas bersikukuh mempertahankan rumah tangganya. Takdir mengantarkannya pada Dyah yang telah bercerai dari suaminya. Mereka akhirnya menikah dan mengasuh Zidan buah hati Dimas dan Kania.
Hal Menarik dalam Novel
Alur maju mundur dan ulasan tentang kehidupan orang lain muncul dalam beberapa bab yang membuat isi buku ini berbeda dari novel kebanyakan. Asma Nadia berhasil menceritakan kembali perjuangan dan keprihatinan hidup sang tokoh dengan sangat apik. Selain itu, ada banyak kutipan bermakna setiap akan pindah bab, membuat novel ini sarat wejangan yang berharga.
Pelajaran Berharga dalam Novel
Perjuangan memang berat dan membutuhkan semangat juang yang besar untuk meraih cita-cita. Sosok Dyah Ayu Rembulane telah mengisnpirasi banyak orang, bagaimana ia melalui lika-liku hidup dengan porsi perjuangan yang berbeda. Bagaimana keyakinannya bersandar pada Allah SWT selalu dilakukan, nasihat-nasihat Mae dan Pa e selalu ia ingat, hingga ia bisa berdiri mendapatkan segala jerih payah perjuangannya.
Buku ini layak dibaca oleh siapapun untuk memberikan arahan baru bahwa untuk menjadi orang sukses itu butuh perjuangan yang panjang. Jalan panjang Dyah Ayu Rembulane untuk menjadi orang sukses dan bahagia, hal ini menjadi sebuah bukti bahwa tak ada perjuangan yang sia-sia selama kita berusaha sekuat tenaga dan percaya akan apa yang kita usahakan.
38 Comments. Leave new
Ternyata sesedih ini ya ceritanya. Kirain cuma seputar masalah keluarga. Terima kasih sharingnya
Sama-sama Mbak
Bagaimana nasib seruni adiknya?
Kebetulan tak diceritakan Mbak kelanjutan adiknya.
Berat juga hidup anak-anak kecil itu… Cerita pelik dari Dyah.
Iya Mbak, derita klasik ibu tiri.
Jadi pengen baca nih. Apalagi kl lagi bosan sm kerjaan atau aktivitas sehari2. Buku ini bisa jd semangat kl perjuangan itu memang nggak mudah. Pas banget dibaca aku yg moodnya naik turun. Ahahah
Abis lebaran mau ke gramed semoga nemu buku ini.
Sepakat Mbak, agar kita semangat yaa
Cerita dengan latar ditinggal ibu pasti sedih banget ya, begitu banyak pertanyaan, bagaimana nasib anak2nya tumbuh, akankah ada ibu baru, perubahan2 apa yg akan terjadi, alur di novelnya sepertinya banyak ngasih kejutan2 ya mba
Betul Mbak Dewi, suka bacanya walau sedih.
Buku terbaru mba asma nadia yah, wah jadi pengen baca nih penasaran sama perjuangannya si pemeran utama dlm mengarungi kehidupan
Cuzz baca Mbak, ini kisah nyata.
Tulisan dari Mbak Asma Nadia menurutku selalu mengandung bawang. Ada kekuatan perempuan yang coba ia munculkan dalam tiap tulisannya.
Betul Mbak, narasi ketangguhan perempuan yaa
Menurutku buku Mbak Asma itu enak ngalir dan penuh nilai. Udah lama banget ga baca novel beliau. Jadi pengen
Hayuk baca Mbak, daku juga banyak yang belum baca novel-novel beliau nih.
Ceritanya mengandung bawang ya..mewek saya. Betapa perjuangan Dyah Ayu sungguh menginspirasi. Dan cerita ini nyata ada di sekitar kita. Review dan buku yang menarik!
Betul Mbak, sedih dan daya juangnya sangat menginspirasi.
Aku masih baca tulisan nya disini, belum baca novelnya uda mewek… hiks.. hiks.. memang karya mba Asma Nadia sangat menyentuh hati.
Iya Mbak, apalagi diadaptasi dari kisah nyata.
Ternyata ceritanya cukup rumit ya untuk pemeran utamanya, pasti berat kalo ada di kehidupan nyata. Novel-novelnya asma nadia bagus-bagus ya mbak
Ini kisah nyata Mbak. Pemeran aslinya adalah founder brand kosmetik B erl
Karya mbak Asma Nadia nggak usah diragukan sih, pasti sarat makna dan ditulis dengan sedemikian indah. Bagus nih ya dibaca buat jiwa-jiwa yang sedang terpuruk dan penuh masalah.
Iya Mbak, suka banget dengan tulisan Mbak Asma Nadia.
Kasian Seruni ditinggal Dyah Ayu. Ah jadi kepo ceritanya. Bagus juga
Cuz baca Mbak Dy
Ide cerita Ibu tiri termasuk klasik sih, tapi dibalut berbagai konflik yang menarik, jadi tampak beda aja.
Betul Mbak
Aku belum baca buku Mba Asma Nadia yang ini. Wah, sedih juga ya isinya. Note. Jadi pelajaran hidup nih meski hanya sebuah novel.
Ya Mbak
Wah, menarik banget ya Mbak, jadi pengen segera baca. Memang tak ada perjuangan yang sia-sia, selama dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Iya Mbak, cuz baca yuk
Fiksi, tapi kisah semacam ini tuh banyak ditemukan di masyarakat kita. Hidup yang seruwet itu sedari kecil. Tapi tetep sih, selalu ada pelangi setelah badai
Betul Mbak
Wah mba Asma Nadia nulis buku baru ya Mba? Dulu suka juga dengan cerita cerita beliau saat masih single…jadi penasaran karena pasti akan penuh pembelajaran hidup ya..
Betul Mbak Meyke, selalu penuh hikmah yaa
Buku yang menarik sarat akan perjuangan hidup ya, Mba. Memang untuk sukses itu tidaklah mudah harus mau berjuang dari bawah.
Benar sekali Mbak Erin.