Berbicara dunia perempuan, pastinya ada banyak pernak-pernik yang muncul dan tergambar dalam bentangan kisah-kisah kehidupannya. Pembahasan tentang perempuan selalu menarik dan tak akan ada habisnya. Memandang perempuan dari berbagai sudut pandang adalah hal yang menarik bagi saya. Sebagai penggemar karya sastra perempuan, hal yang saya sukai adalah membaca perempuan lewat dunia karya sastra, yaitu dunia novel dan cerpen perempuan.
Novel perempuan ini adalah kategori yang ditulis oleh perempuan dan dibaca oleh pembaca perempuan, karena bisa jadi berbeda jikalau novel perempuan yang ditulis oleh penulis laki-laki dan dibaca oleh perempuan atau laki-laki. Jadi, kali ini saya akan menuliskan beberapa gambaran novel perempuan yang ditulis oleh perempuan dan dibaca dari kacamata pembaca perempuan, yaitu saya sendiri.
Jujur, saya suka membaca. Novel adalah bacaan saya kala weekend atau sedang booring dan saya butuh me time untuk memberi gizi pada otak agar tulisan-tulisan saya lebih bergizi dan agar saya punya insight baru tentang perkembangan dunia perempuan, tata cara penulisan novel, tanda baca, dan lain sebagainya. Tentunya saya banyak belajar dari tulisan-tulisan penulis perempuan dalam menyampaikan gagasan, bagaimana memunculkan konflik, memetakan alur yang multi alur atau satu dan dua alur, ending yang twits hingga membuat klimaks novel yang bikin penasaran. Membaca novel dipastikan lebih cepat dibandingkan membaca buku-buku akademik ya? Karena tujuan membacanya juga berbeda.
Kebetulan, saya juga tergabung dalam komunitas menulis yang anggotanya mayoritas para perempuan, ibu-ibu rumah tangga dan pekerja yang oke banget, super semangat dalam menulis cerpen dan selalu bikin happy. Karya-karya mereka penuh makna dan bermanfaat bagi pembaca. Bagi saya pribadi, kebutuhan untuk bersosialisasi dalam komunitas itu penting banget, selain dapat ilmu baru, dapat teman baru dan pengalaman baru. Sesuatu yang menarik dari komunitas saya dapat membaca karya kumpulan cerpen yang dihasilkan para ibu-ibu ini dengan berbagai tema dan konfliknya.
Baiklah, sepanjang tahun 2000 an novel-novel perempuan sedang booming di tanah air. Masih ingat novel Saman dan Larung milik Ayu Utami? Kemudian Perempuan Berkalung Sorban tulisan Abidah El-Khalieqy? Itu termasuk deretan novel yang muncul di era 2000 an dan berisi tentang berbagai hal tentang perempuan, termasuk tentang pembebasan perempuan. Dalam dunia sastra Indonesia, hal ini juga bermakna bahwa para penulis perempuan tengah eksis dan hal ini juga tampak pada tahun 2018 hingga era ini. Salah satu penyebabnya adalah :
- Adanya teknologi internet yang membuat perempuan mau tak mau harus melek literasi dan teknologi, sehingga mereka berusaha menyediakan waktu berkumpul dalam sebuah komunitas di media sosial, mereka menulis karya dan para anggota mengapresiasinya, mendukung hingga mengawal hingga karya novel itu lahir dan hadir dalam versi cetak di hadapan khalayak. Kemudian yang lebih mengagumkan adalah marketing penjualan buku yang mengakomodir jasa para member komunitas, sehingga membuat penjualan buku laris manis dan terus menerus naik cetak. Yap, teknologi telah mengubah model penerbitan buku dengan sistem PO yang tentunya lebih memudahkan bagi para penulis untuk menyegerakan naskahnya untuk naik cetak.
- Adanya berbagai persoalan yang terjadi di dunia perempuan. Hal ini juga bisa memicu para penulis perempuan untuk lebih menampilkan hal-hal keseharian, bisa juga hal remeh yang ada dan terjadi di sekitar masyarakat, serta upaya untuk meluruskan anggpan masyarakat, bahwa perempuan tidak selamanya harus termarjinalisasi dan terdiskriminasi, tersubordinasi dan memiliki beban berlebih dalam masyarakat, akan tetapi perempuan juga harus berdaya, membangun dunianya sendiri dan pastinya menghargai segenap kemampuan yang dimilikinya.
- Adanya berbagai fasilitas di dunia maya yang memudahkan seperti platform menulis yang gratis, sehingga penulis punya wadah untuk menulis, berbagi bacaan dengan sesama penulis, saling mensupport naskah masing-masing, hingga menerbitkan buku secara gratis. Hal ini secara tidak langsung akan memicu penulis untuk berlomba-lomba menuliskan cerita dalam bentuk novel dan kumpulan cerpen. Jadi literasi digital tengah terjadi saat ini dan perempuan telah ikut andil di dalamnya.
Nah, dari beberapa novel yang saya baca versi elektronik di beberapa platform dan novel-novel cetak tentang perempuan, mayoritas berkisah tentang realita perempuan tergambar dari berbagai problem keriwehan mengurus rumah tangga, mengurus anak, persoalan konflik batin, pernikahan yang tak bahagia, perjodohan, hadirnya orang ketiga, pasca perceraian hingga persoalan karir, persahabatan, cinta bertepuk sebelah tangan, dan jodoh yang tak kunjung datang juga kerap menjadi tema hangat dalam novel dan cerpen.
Secara umum, tema-tema di atas kerap terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Novel sebagai miniatur masyarakat menyuguhkan kepada pembaca bagaimana upaya tokoh dalam mengelola konfliknya, apa yang digambarkan tokoh-tokoh dalam perjalanan kisahnya yang secara tidak langsung dapat memberikan saran pada perjalanan hidup pembaca. Jadi ada nilai-nilai yang tergambar secara implisit dan eksplisit dalam penjabaran novelnya. Bukankah kita dapat belajar tentang kehidupan dari apa saja di sekitar kita? tak terkecuali pada sebuah teks yang hadir berbentuk karya sastra. Semoga bermanfaat.
3 Comments. Leave new
Banyak pengarang2 perempuan yg jd idolaku juga mba :). Akupun suka membaca, dari dulu. Kalo diinget2, buku2 yg menjadi favoritku , kebanyakan ditulis oleh perempuan. Sebut aja Margaret Mitchell, JK rowlings, Trinity, Ratih Kumala, NH Dini, masih banyak lah disebutin yg lain :D.
Beberapa malah aku jadikan idola, sampe2 melakukan apapun yang pernah dia tulis di bukunya, kayak mba Trinity. Orang yang berhasil meracuniku utk rutin traveling dan melakukan hal2 extreme :D. Itu saking sukanya aku dengan semua pengalaman dia saat traveling. Membuktikan perempuan juga bisa berani menjelajah dunia 😀
Masya Allah…keren ya Mbak. Iya…kebetulan saya suka baca buku dan bertema perempuan selalu saya suka.
[…] Meneropong Dunia Perempuan Lewat Karya Sastra […]