Selamat Hari Pendidikan Nasional bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ (رواه أحمد، وطبراني، ودار قطني)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruquthni)
Kali ini, kita berada pada dimensi waktu yang sangat berbeda dengan waktu dan tahun-tahun sebelumnya. Keberadaan virus Corona telah berhasil membawa manusia pada sebuah masa yang tak pernah dipikirkan sebelumnya. Ya, pandemi Covid-19 tengah menjadi gelombang besar dan melanda dunia. Ada banyak aspek terdampak dengan adanya pandemi ini, tak terkecuali aspek pendidikan.
Pendidikan sejatinya adalah hak segala bangsa. Bagi bangsa Indonesia sendiri pendidikan adalah tahapan yang harus dilewati oleh semua warga negaranya. Walaupun, kalau kita telisik kebenarannya, masih banyak anak-anak putus sekolah di daerah-daerah. Mereka lebih memilih membantu orang tua bekerja daripada bersekolah karena alasan klasik, lagi-lagi keterbatasan biaya. Walaupun sebenarnya pemerintah telah berusaha menggelontorkan dana bantuan bagi pelajar yang bersekolah. Ironi memang, namun itulah kenyataan di daerah. Terkadang, anggapan tak perlu sekolah tinggi-tinggipun masih ada. Jadi, berbahagialah bagi siapapun diantara kita yang telah berhasil mengenyam bangku pendidikan hingga mendapatkan gelar tertinggi.
Pendidikan kita melewati jenjang-jenjang formal belajar di bangku sekolah dari TK hingga SD, SMP, dan SMA serta sederajat (MI-MTs-MA dan Pondok Pesantren). Kesemuanya merupakan pendidikan dalam konteks pendidikan formal yang menerapkan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum, silabus dan rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Keberadaan kurikulum yang berubah juga sebagai bagian adanya perubahan di segala bidang, sehingga pendidikan kita juga harus merespon perubahan-perubahan tersebut, seperti di berlakukannya kurikulum 2013.
Selain, kurikulum yang ada, dalam pendidikan di kenal yang namanya hidden curriculum, yaitu kurikulum yang bersandar pada sistem sikap, nilai, perilaku dan kepercayaan. Kurikulum ini biasanya tercermin pada segi aktivitas yang dilakukan para siswa. Dengan harapan, hidden curriculum mendukung keberadaan kurikulum yang ada.
Selain pendidikan formal, kita juga mengenal adanya pendidikan non formal. Selain itu, anak-anak belajar tak hanya dari bangku sekolah saja. Mereka dapat menggali ilmu pengetahuan dimana saja. Seperti halnya keberadaan home schooling, pendidikan berbasis rumah yang memberikan banyak pengetahuan dan pembelajaran pada anak.
Anak-anak, walaupun tidak belajar di sekolah, seperti saat pandemi ini mereka harus tetap belajar di rumah. Pendidikan berbasis rumah sangatlah penting, karena anak-anak menghabiskan paruh waktu terbanyak dengan berada di rumah. Saatnya orang tua menyingsingkan lengan, bersama-sama sekolah untuk bersatu dan tetap memberikan pembelajaran bagi anak di rumah.
Baca juga: 3 Tips Komunikasi Sukses Antara Bunda dan Ananda Selama Pandemi
Banyak hal yang bisa orang tua lakukan bersama anak saat di rumah. Pendidikan tak hanya terpaku pada persoalan membaca, menulis, mengerjakan dan menyetorkan tugas, tidak.
Pendidikan memiliki banyak dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi sosial dan dimensi empati. (tiga hal ini versi saya) sebagaimana berikut:
Dimensi Spiritual
Bagaimana pendidikan dapat berperan untuk memberikan nilai, sikap dan perilaku seseorang guna memiliki spiritualistas yang tinggi. Bagaimana seorang anak dapat mengenal Tuhannya, agamanya serta syariat yang harus dijalaninya. Pendidikan ikut andil dalam koridor ini guna membentuk insan yang memiliki spiritualitas tinggi.
Dimensi Sosial
Dimensi sosial berhubungan pula dengan pendidikan seseorang. Rumah sebagai madrasatul ‘ula (Sekolah pertama) bermakna sebagai pusat membangun peradaban sebuah bangsa, dimana rumah adalah inti bagaimana generasi yang baik, berkarakter itu muncul. Tentunya, pendidikan berbasis rumah perlu memberikan sentuhan dimensi sosial ini. Bagaimana sikap dan perilaku anak bersama anggota keluarganya akan tercermin saat mereka akan berkumpul dan bertemu di masyarakat. Pendidikan di rumah juga dapat diartikan sebagai kawah Candradimuka, bagaimana menempa nilai, sikap dan perilaku serta kepercayaan anak kepada keluarganya untuk dibawa ke masyarakatnya.
Dimensi Empati
Dimensi ini tak kalah pentingnya. Era teknologi seakan menggerus sikap dan perilaku empati anak bangsa, alih-alih empati hanya berbasis teknologi, dalam artian hanya merasa ‘kasihan’ namun tanpa didukung sikap implementatif. Dalam hal ini pendidikan memiliki bagian bagaimana kegiatan pendidikan dapat memberikan pengaruh dan membentuk aspek empati pada diri anak-anak. Sehingga mereka dapat bersikap dan memiliki rasa empati kepada sesamanya. Pendidikan life skill di rumah dapat membentuk rasa empaty ini. Bagaimana anak belajar sesuatu hal tanpa diperintah, seperti menyapu, mencuci piring, menjaga adik dan membantu orang tua.
Di masa pandemi ini, pendidikan Indonesia mengalami banyak perubahan. Pembelajaran daring sedang menjadi trend untuk mendukung social distancing dalam rangka mencegah Covid-19. Pembelajaran daring awalnya adalah hal yang jarang dilakukan oleh para orang tua dan kini menjadi sebuah kewajiban, dimana dampak teknologi telah membawa ruang belajar anak tidak lagi manual, namun virtual. Semoga pembelajaran daring yang saat ini dilakukan mendapatkan hasil yang bermanfaat, di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Keterbatasan kuota, daerah yang susah jaringan hingga kendala lainnya. Semoga ‘melek’ teknologi ini menjadi awal adanya model pembelajaran daring yang muncul di awal karena pandemi dan menjadi bagian sebuah bentuk pembelajaran dalam masyarakat.
Baca juga: 3 Sisi Positif Adanya Work From Home dan Learn From Home
Akhir kata, semoga pendidikan Indonesia ‘masih’ menjadi hak rakyat Indonesia. Pendidikan bukanlah barang mewah, namun ia adalah sebuah kebutuhan yang harus dimiliki bagi siapapun. Pendidikan sejatinya tak hanya dari bangku sekolah dan kuliah saja. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan darimanapun sumbernya. Sebagai pendidik, tugas kita adalah mendidik generasi bangsa, bagaimana menjadikan anak didik kita memiliki kedalaman akhlak, keluasan ilmu, dan bermanfaat bagi sesama.
Salam hangat,
62 Comments. Leave new
Masya Allah bner banget Ustdzah, Hablun minAllah – Hablun minannas & Hablun minal ‘aalam…
Smenjak pandemi ini sya sring buat ta’lim sma adk2 di rumah yg sbelumnya tdk pernah, Hehe. Keakraban terasa semakin kuat.. Sikap empati satu sma lain bisa tetlihat jga.. Alhmdulillah, brrti secra tdk sdar dimensi Spritual, Sosial dan empatinya masuk di dalamnya..
Syukron atas Ilmu.a ustdzah, artikelnya sangat bagus..
Sama-sama Mustaan. Wah, keren nih program antum, ana dukung.
Catatan yang luar biasa, Bunda. Semoga kita semua tetap semangat untuk menjadi pendidik sejati. Yang mengajar dari hati.
Amiin. Terima kasih Bu Shelly. Semangaaat.
Saya suka dengan kata Madrasatul ula, rumah sebagai majelis peradaban pertama bagi anak. Bener kata mbak peranan orang tua saat pandemi covid 19 sangat dibutuhkan. Mudah2an sistem pendidikan kita punya fleksibelitas menyesuaika kondisi pandemi CORONA
Amin. Bener banget Kak. Semoga pandemi ini dapat memberi pencerahan juga pada pendidikan kita ya?
Sepakat banget
Hablun minAllah, Hablun minannas & Hablun minal ‘aalam…
Selamat hari pendidikan nasional buat Semuanya..
Siap Mbak, bener banget.
Kerja dari rumah, memberi kita kesempatan menyentuh tetangga. Semua ada sisi baiknya.
Betul banget Mbak Agustin, apalagi nggak pakai keluar rumah wes.
Setuju banget sama poin2nya , terutama yang no 2.
Apalgi seorang Ibu madrassah bagi anak2nya.
Nah aku merasakan banget di jaman pandemic ini, mentemen yang ahli dibidangnya masing2 selalu ngasih kelas free, rasa empati yang begitu besar buat sesama untuk belajar terus selama di rumah . Laff bangeet..
Iya Mbak. Semoga kita bisa menjadi ibu terbaik bagi anak-anak kita yaa. Amiin.
Belajar dari rumah …membuat orang tua ikut belajar lagi .dan ..menjadi lebih peduli untuk mendampingi anak belajar..
Yang mungkin tadjnya..cuma bisa nanya .
Kamu udah kerjain pr?
Iya Mbak..hi…hi..hi…sekarang kita ikutan belajar bahan PR anak-anak ya?
Saya melihatnya back to pondasi utama yaitu rumah. Dimana didalamnya ada ibu. Gilakkkk pas pandemi ini perannya rasanya nggak ada matinya. Begitulah Allah turunkan pandemi ini ya nggak ada yang kebetulan. Buat aku jalan ikhtiar buat jadi ibu yang lebih baik. Aamiin
Bener banget Mbak Gita. Tugas si Ibu bertambah yaa.
Baca beberapa dimensi diatas, jadi ingat kalau di ESQ ada yang namanya emotional, spiritual, quotient. Jadi belajar itu nggak hanya dari sisi inteligent, tapi juga emosional dan setelah mengasah SQ maka timbulkan spiritual dalam diri setiap pembelajar. Hehehe
Sepakat banget Mbak Niken, dimensi emosional juga penting yaa
Betul mba pendidikan bukan sesuatu yg mewah tp semua berhak mendapatkannya. Selamat Hardiknas ya….
Betul sekali Mbak…pendidikan adalah dari dan untuk rakyat ya.
Betul banget mbak, peran orang tua terutama ibu penting dlm pembentukan karakter anak krn pendidikan bukan hanya di sekolah tapi jg di rumah.
Betul Mbak, ibu sebagai sekolah pertama bagi putra-putrinya ya.
Setuju, tiga dimensi tersebut dibutuhkan sekali untuk dunia pendidikan. Selamat hari pendidikan, berharap pendidikan Indonesia bisa berkembang dan maju lagi untuk sumber daya manusianya dan ditambah dengan fasilitas yang memadai.
Amin Mbak…sepakat.
Terasa banget disaat pandemi ini, ketika digaungkan belajar dari rumah tapi masih ada siswa yg belum memnuhi kebutuhan untuk belajar onlen, disitu sediii
Betul banget Mbak Mutia. Semoga awal pembelajaran daring ini menjadi sebuah evalasi pembelajaran bagi semua lapisan ya Mbak? pendidik, orang tua, dan juga pemerintah.
sebagai mahasiswa yang belajar dr rumahbanyak yg aku setujui dr artikel ini. thx loh mbak ini can relate
Sama-sama Mas Angga. Semoga tetap bersemangat kuliah yaa.
Saya setuju Mba, semua yang dilakukan di rumah akan membuat anak nyaman terutama saat belajar dan dapat didampingi kapan saja. Banyak hikmah saat covid ini namun saya pun tak mau lama2 juga dengan covid ini 🙂
Mba artikelnya keren!
Masya Allah, terimakasih Teteh. Memang ada banyak hikmah luar biasa selama pandemi ini khususnya pada aspek pendidikan. Semoga kita tetap menjadi pembelajar sejati ya Teh.
di sekolah anakku yg besar ada program berbagi dan donasi utk para orang tua yg terdampak covid 19 terutama terkait dg mrk yang sulit utk menyediakan faslitas belajar jarak jauh buat anaknya. krn lumayan jg mebguras kuota klo ga pake wifi
Betul banget Mbak. Kuota itu yg kini lagi susah ya? boros tepatnya. Wah, program yg bagus itu.
Setuju banget yaa pendidikan itu penting banget. Sekolah libur, bukan berarti libur juga belajarnya. Pandemi ini bikin orangtua sadar kalau mengajarkan anak belajar itu bukan semata tugas guru. Sebagai orangtua, saya jadi lebih menghargai peran guru
Nah, bener banget nih Mbak. Tugas guru berat banget yaa? Kita harus jadi guru selama pandemi, dan sejatinya orang tua adalah guru pertama anak-anaknya.
Nah, saya pengen menggarisbawahi paragraf terakhir ini, Mbak
semoga pendidikan Indonesia ‘masih’ menjadi hak rakyat Indonesia. Pendidikan bukanlah barang mewah, namun ia adalah sebuah kebutuhan yang harus dimiliki bagi siapapun
Mengingat sekarang ini sebenarnya tak semua sekolah sanggup melaksanakan pendidikan daring karena tak semua orang tua mampu selalu terkoneksi dengan internet. Belum lagi, bagaimana terlaksananya pendidikan inklusi, belum tahu bagaimana di masa pandemi ini. Apalagi masih tanda tanya sampai kapan pendidikan di rumah berlangsung. Semoga ada pemecahannya.
Betul banget Mbak Mugniar. Banyak persoalan juga di tengah-tengah pembelajaran daring. Dan pendidikan inklusi itu oening banget lho, belum terlalu di gaungkan klo di sekolah dasar dan menengah, klo di pendidikan tingga soundingnya udah.
Setuju banget mba, karena keluarga adalah tempat pendidikan yang pertama bagi anak. Hikmah adanya pendemi ini rumah bisa kembali berjalan sebagai tempat pembelajaran non formal
Iyap, setuju Mas. saatnya kembali melihat ananda kita lebih dekat lagi.
Maju terus buat pendidikan Indonesia. Semoga semua lapisan dapat menempuh pendidikan dan mendapatkan ilmu serta dimensi-dimensi pendidikan tadi yah mba 😉
Betul Mbak. Amiin.
luar biasa tantangannya saat masa pandemi ini. ibu yg tadinya cuma jadi koki dan pengamat belajar anak skr beneran jadi ibu guru yang harus mengajari anak sesuai petunjuk yg diberikan dari sekolah
Bener banget Mbak. Secara nggak langsung bisa mengajar yaa…namun pada dasarnya Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, jadi secara nggak langsung balik lagi pada fungsnya.
Selamat Hari Pendidikan nasional Mbaak. Semoga pendidikan Indonesia makin baik kualitasnya plus anak didiknya jadi output/Sdm terbaik dari Indonesia
Amiin. Semoga pendidikan kita masih bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita di daerah ya.
Sebagai Orangtua, saya pun merasakan peran penting saya sebagai Pendamping Anak selama belajar di rumah. Dari sebelum Sekolah pun, sudah terbiasa mendampingi Buah Hati dan membekali pelajaran dasar, namun di masa Pandemi ini memang terasa sekali tantangannya, namun harus tetap semangat karena Pendidikan harus tetap berjalan kapanpun dimanapun.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 🙂
Betul banget Mbak. Pandemi ni berasa hikmahnya ya?
Kemarin baru aja isi survei tentang pendidikan daring selama pandemi. Kalau saya pribadi, tetap kembali ke sekolah masih lebih baik. Hanya saja, kita memang harus siap dengan keadaan ini. Kalaupun anak kembali beraktivitas di sekolah, orang tua juga tetap mengontrol
Betul Mbak. Gpp anak back to school, karena memang mereka sekolah ya? Setuju, memang orang tua wajib mengontrol.
Selalu ada sisi positif yaah kak disetiap kejadian, dengan anak belajar di rumah membuat orang tua pun ikut mendampingi dan tau rasanya menjadi pendidik di sekolah juga.
Iya Kak. Penant juga lho menjadi pendidik itu, walau sejatinya ortu sebagai the first pendidik ya?
Learn from home ini emang jadi tantangan tersendiri ya Mbak. Tapi membuka wawasan orang tua soal mengajar dan pelajaran anak anak yang selama ini dilakukan guru. Plus lebih memahami kesulitan belajar anak
Benar banget Kak.Orang tua harus belajar juga ya? Semangat slalu.
Setuju mbaa… aku sebenernya lumayan kerempongan handle anak online class, tapi tetep harus bersyukur dan pasti ada manfaatnya juga yaa..
Betul Mbak. Saatnya menjadi guru di rumah ya? ternyata jadi guru berat juga, he..he..
Bener mbak, pandemi gini kita harus pintar cari celah supaya bermanfaat terutama utk anak di rumah
Iyap Mbak…biar banyak aktivitas positif yah.
Selama masa pandemi ini aku nemenin anak belajar di rumah 2 minggu aja. Tapi jadi ngajarin anak-anak banyak hal juga.
Siip Mbak, ibu menjadi kunci pegetahuan juga yaa
Hai Mbak Laily,
tulisannya sangat menarik.
“Bagaimana sikap dan perilaku anak bersama anggota keluarganya akan tercermin saat mereka akan berkumpul dan bertemu di masyarakat. ”
ini poin yang sedang kami terapkan di rumah untuk character building.
Masya Allah, barokallah fiik Mbak. Semoga hikmah saat covid memberikan perubahan dalam hidup kita. Amiin.
Masya Allah Tabarakallah ustadzah, membuka wawasan juga bagi calon orang tua dengan kondisi seprti ini.
syukron jazilan ustadzah
Alhamdulillah, iya Mbak. Syukron.