
https://www.pexels.com
Berbicara perempuan seakan tak ada habisnya. Berbagai persoalan dan permasalahan perempuan menjadi pembicaraan yang tak kan pernah usai sepanjang masa. Perempuan kerap menjadi sorotan masyarakat sebagai bagian eksistensi dirinya, yaitu sebagai anak, istri dan ibu dalam masyarakat terkecil, yaitu keluarga.
Islam hadir ke bumi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sebagai risalah agama yang hanif yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhamad SAW. Beliau memberikan pelajaran berharga tentang kedudukan perempuan pada saat sebelum Islam datang dan sesudah Islam datang.
Perempuan Pada Masa Sebelum Islam
Jikalau kita flash back pada sejarah Arab lampau, yaitu pada zaman jahiliyah, maka yang tergambar adalah perlakuan keji dan tidak terhormat kepada kaum perempuan. Perempuan digambarkan sebagai kaum nomor dua. Sejarah mencatat bahwa orang Arab merah padam wajahnya saat diberi kabar bahwa istrinya melahirkan bayi perempuan, lalu merekapun mengubur hidup-hidup anak perempuannya. Hal ini memberikan gambaran bahwa perempuan belum diterima sebagai bagian dalam masyarakat. Anggapan perempuan kaum yang lemah dan tidak dapat memberikan sumbangsih apapun menjadi tinta merah sejarah saat Islam belum masuk ke jazirah Arab.
Perempuan Pada Masa Sesudah Islam
Islam datang untuk memberikan nuansa baru. Islam mengangkat derajat perempuan dan menghargainya, sebagaimana dalam hadits dijelaskan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Ibu sebagai Perempuan mendapat posisi tertinggi daripada ayah (laki-laki) hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Islam sangat menghormati perempuan.
Islam datang menghapus semua tata cara hidup kaum Arab Jahiliyah kala itu, termasuk mengubur anak perempuan hidup-hidup. Kaum Jahiliyah merasa sangat sedih dan mukanya hitam pekat ketika mendapatkan kabar bahwa telah lahir perempuan sebagai keturunannya. Perilaku mereka Allah gambarkan dalam Firmah-Nya, Surat Az-Zukhruf ayat 17:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
“Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih”.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah telah mengajarkan kepada kita para kepada umatnya bagaimana memperlakukan perempuan melalui akhlak beliau kepada istri dan putri-putri beliau, supaya tidak ada lagi perilaku buruk yang disematkan kepada kaum perempuan.
Perempuan Pada Era Sekarang
Masa Rasulullah telah berlalu, namun sejarah beliau tetap ada. Akhlak dan suri tauladan Rasulullah menjadi panutan kita umatnya. Alangkah indah apabila segala akhlak Rasulullah tercermin dalam kehidupan kita. Begitu pula shirah para sahabat-sahabatnya serta shirah para shahabiyah, istri-istri dan putri-putri beliau. Kesemuanya secara tidak langsung memberikan kepada kita bagaimana gambaran perempuan muslimah pada era Nabi dan era setelahnya.
Zaman berubah, maka berubah pula tatanan isi zaman. Tak terkecuali dengan keadaan perempuan saat ini. Perempuan memiliki daya tarik tersendiri yang berbeda dari pria. Kecanggihan teknologi dengan berbagai kemudahan didalamnya berhasil menyulap siapa saja menjadi orang yang penuh dengan berbagai perubahan-perubahan. Begitu pula dengan kehidupan para perempuan. Perempuan sekarang sudah menjadi perempuan yang mendiri ia dapat memberikan konstribusi kepada siapa saja. Perempuan sekarang sudah dapat mencicipi pendidikan hingga mencapai gelar tertinggi. Kini, mereka bisa memilih untuk menghabiskan waktunya menjadi full mom atau working mom, tergantung dengan keinginannya, tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya yang berkaitan dengan keluarga, karir dan masa depannya.
Perempuan adalah sosok makhluk yang unik. Mereka memiliki kemampuan yang bisa dikatakan berbeda dengan laki-laki. Saat menjadi seorang ibu, ia bisa menjadi orang yang multiple thinking, dengan berbagai persoalan yang dihadapinya. Saat ia memutuskan menjadi seorang full mom atau working mom juga perempuan berusaha untuk menjalankan kodratnya dengan sebaik-baiknya, terlepas apakah ia menerima keberadaannya sebagai full mom dan working mom, ada banyak perdebatan untuk hal ini. Akan tetapi, menentukan pilihan adalah menentukan hidup yang sedang perempuan jalani.
Perempuan Sebagai Anak
Sebagai seorang anak, perempuan wajib berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berbuat baik kepada keduanya. Kewajiban sebagai anak kepada orang tuanya harus ia jalankan dengan baik. Membantu orang tua, menyayagi mereka dan berusaha menyenangkan hatinya. Dalam sebuah hadits disampaikan bahwa doa anak yang shalih dapat membantu kedua orang tuanya yang telah wafat.
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika anak keturunan Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Perempuan Sebagai Istri
14 Comments. Leave new
Nice sharing… makasih
Sami-sami Mbak
Bersyukur menjadi perempuan yang kedudukannya dimuliakan dalam islam
Amin, benar sekali Mbak
Bermanfaat banget tulisannya. Good reminder.
Terima kasih Mbak Kartika.
Tugas kita sungguh mulia ya Mbak Laily… multitasking. Sebagai anak, menantu, istri, ibu dan tentunya sebagai hamba Allah SWT.
Noted Mbak, multitasking yaa, betul banget.
Peran perempuan ada banyak sekali ya Mbak. Dan yah patut kita syukuri karena perempuan di masa kini tidak lagi seperti zaman dulu yang kerap diperlakukan dengan semena-mena.
Benar sekali Mbak Siska, kita sangat bersyukur ya?
Begitu banyak peran yang melekat pada perempuan. Semoga kita mampu menjalankan semuanya ya.
Amiin. Benar Mbak Amel.
Aku paling suka tulisan yg mengangkat tema perempuan ini. Makanya pertama kali jadi PJ antologi tema yg pertama kali kuangkat adalah ttg perempuan
Keren Mbak. Saya juga pemerhati masalah perempuan dan anak. Tema perempuan ini menarik untuk dibahas yaa