Apa yang terlintas dalam benak pembaca tatkala nama salah satu provinsi di timur Indonesia disebut? Ya, Nusa Tenggara Timur, salah satu provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori WITA ini pastinya terkenal dengan eksotisme alam yang masih asri. Padahal Nusa Tenggara Timur juga menyimpan banyak cerita seputar kehidupan para penduduknya terkait kondisi alam, medan nan penuh tantangan, hingga sentuhan pembangunan yang dirasakan belum sepenuhnya merata.
Tulisan dalam “Album Kecil tentang Nusa Tenggara Timur” ini mengajak kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk membuka mata dan merenungkan kembali tentang perjalanan tahun demi tahun yang dipersembahkan Bapak John Taena melalui karya beliau berupa kumpulan feature dan wawancara seputar Nusa Tenggara Timur dengan berbagai problemantika yang terjadi dalam rentang waktu tahun 2009-2016.
Judul Buku: Album Kecil tentang Nusa Tenggara Timur
Penulis: John Taena
Tebal: 136 halaman
Penerbit: Perkumpulan Sastra Dusun Flobamora Kupang Nusa Tenggara Timur
ISBN: 978-623-96911-7-2
Cetakan: Pertama, Juni 2023
Album kecil ini dibuka dengan fenomena wabah penyakit Ngorok di Wolowae yang menyerang ternak sapi. Bagaimana kesedihan melanda salah seorang pemilik sapi yang terpaksa merelakan sapinya terkena wabah, padahal beberapa hari sebelumnya telah ditawar orang dengan nominal yang menggiurkan. Keberadaan wabah ini sangat merugikan warga desa, dikarenakan mata pencaharian mereka adalah beternak. Pihak dinas kesehatan pun melakukan sidak secara berkala dan memberikan treatment melalui vaksin pada hewan yang terkena penyakit. Pola beternak tradisional disebut-sebut menjadi salah satu faktor sulitnya melakukan penanganan cepat pada hewan-hewan yang sakit, dikarenakan masuk hutan. Begitupula dengan kasus wabah yang melanda hewan ternak di Sumba Timur, sebagai pulau penghasil ternak di Indonesia. Sehingga bisa jadi sapi Ongole bakal menjadi kenangan yang pernah hadir di masyarakat peternak Sumba ini.
Baca juga:
Flores I…am Coming: Silaturrahmi dan Berbagi Ilmu
Mengenal Kain Tenun Khas Flores Nusa Tenggara Timur
Selain itu, Nusa Tenggara Timur terkenal menjaga berbagai tradisi sesuai dengan adat, seperti tradisi berburu di Nagekeo menjadi salah satu kegiatan rutin pada masa kemarau. Sebelum pelaksanaan berburu, warga harus melakukan ritual terlebih dahulu. Begitupula mereka melakukan tradisi terlebih dahulu ketika hendak memanen madu di hutan.
Potret daerah Mbay yang menjadi lumbung padi pada saat itu terancam musnah, dikarenakan gagal panen yang diakibatkan oleh hama tikus, padahal tahun-tahun sebelumnya warga bisa panen hingga berlipat-lipat. Namun, kesuksesan ini dirasakan semakin berkurang disebabkan lambat lain alam mulai tak bersahabat dengan manusia. Salah seorang warga mulai menggagas bagaimana upaya mengembalikan predikat lumbung padi di Mbay, yaitu dengan pemanfaatan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik ini sebagai bagian dari pelestarian lingkungan, begitu juga dengan penanaman pohon, agar anak cucu merasakan kesejukan alam dan alampun akan memberikan manfaatnya bagi generasi mendatang.
Salah satu kebutuhan penting yang dirasakan para penduduk Nusa Tenggara Timur adalah akses jalan. Beberapa daerah-daerah terpencil masih memiliki medan yang sulit di jangkau, seperti Maronggela, salah satu kecamatan di Riung Barat, kondisi serupa juga terjadi di desa Heawea Kecamatan Aimere yang merupakan salah satu desa yang terisolasi. Jalan menuju ke desa ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan apapun, kecuali dengan berjalan kaki dan tepatnya memanjat dengan berpegangan pada akar-akar pohon. Sungguh kondisi jalan dan perjalanan yang penuh perjuangan tersendiri bagi warga. Ada lagi persoalan jarak yang sangat jauh, sehingga transportasi menjadi sangat mahal. Mereka sangat terkendala dalam berbagai hal, terutama dalam akses kesehatan dan berharap akan ada Poskedes (pos pelayanan kesehatan desa) dengan tenaga kesehatan yang akan support membantu warga, seperti kutipan berikut: “Awal tahun ini sudah ada dua orang mati. Bulan Februari lalu satu bayi dan satu ibu melahirkan yang meninggal dunia. Waktu itu kami mau bawa ke puskesmas tapi karena gelombang tinggi akhirnya tidak bisa”.
Baca juga:
Eksotisme Taman Laut 17 Pulau Di Flores Nusa Tenggara Timur
Persoalan kemiskinan juga menjadi masalah di berbagai belahan daerah, termasuk di Nusa Tenggara Timur. Keberadaan SDM yang kurang memadai ditambah dengan kondisi alam pada musim kemarau panjang tak pelak, warga setempat kekurangan bahan makanan dan menjadikan Umbi Gadung sebagai makanan pokok sepanjang musim kemarau, sehingga kasus gizi buruk dan busung lapar melanda. Akan tetapi kondisi alam yang tak menentu ini ternyata berhasil menjadikan Sorgum sebagai bahan pangan yang cocok dibudidayakan di Flores dan Lembata, sehingga warga dapat panen secara berulang.
Beralih pada eksotisme dunia pariwisata provinsi Nusa Tenggara Timur tak bisa diragukan lagi, walaupun di era 1980-an perhatian pada bidang pariwisata ini masih kurang. Namun pemerintah saat itu telah memperbaiki akses untuk berwisata diving di Taman Laut Maumere. Selain itu pemerintah juga mengembangkan wisata menjelajah gua-gua untuk melihat stalakmit dan stalktit dan Pantai Oetalisa di Desa Naikean Kecamatan Semau Selatan Kabupaten Kupang yang menawarkan keindahan alam tersembunyi yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Timur dengan segala perjalanan hidupnya sejatinya memberikan pesan yang besar pada kita sebagai bangsa Indonesia, bagaimana keberadaan manusia yang dapat bertahan, tak kenal menyerah dengan berbagai kondisi alam, bagaimana manusia bersahabat dengan alam melalui penerapan pola-pola kehidupan yang pro lingkungan, seperti proses pengambilan madu yang tradisional dan penuh ritual, upaya-upaya pelestarian alam melalui penanaman pohon dan penggunaan pupuk organik. Alam sesungguhnya akan terus memberikan kebaikan sepanjang manusia melakukan hal yang sama.
Baca juga:
Aneka Olahan Seafood Kering Ala Kuliner Flores Nusa Tenggara Timur
Membaca album kecil tentang Nusa Tenggara Timur ini membawa ingatan saya pada berbagai corak kehidupan dan adat-istiadat yang berlaku di setiap daerah. Kerukunan masyarakat menjadi tonggak penting untuk melakukan kegiatan adat, baik itu perkawinan, kematian, dan adat lainnya yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan keberadaan hewan ternak yang mendukung kegiatan-kegiatan adat yang mereka lakukan. Hal ini menjadi sebuah potret kearifan lokal yang masih terpelihara hingga kini.
Buku ini memberikan ruang-ruang diskusi bagi siapapun untuk menata kembali berbagai problemantika yang terjadi dalam berbagai lini kehidupan agar di masa depan Nusa Tenggara Timur semakin maju tanpa menghilangkan kearifan lokal yang dimilikinya. Kita tak boleh menoleh ke masa lalu, namun masa lalu harus dapat menjadi pijakan penting agar kita dapat melompat lebih tinggi dan maju membangun provinsi tercinta dengan arif.
38 Comments. Leave new
Seru banget ya, rasanya jadi semakin penasaran ingin datang langsung ke Nusa Tenggara Timur yang dikenal dengan keindahan pulaunya
Seru banget Mbak, indah banget daerahnya.
Banyak sekali masalah yang pernah terjadi di Nusa Tenggara Timur terutama wabah. Semoga teman-teman kita di NTT selalu diberkati dan bisa menjaga alam lebih baik.
Amiin Allahumma Amiin, iya benar Mbak.
Ini seperti catatan perjalanan bukan sih mbak?
Karya jurnalis pasti beda ya mbak
Aku jadi pengen baca juga
Iya bisa dikatakan catatan perjalanan sang jurnalis yang dibukukan. Cuz, ke IG penerbitflobamora Mbak.
Kalau buku yang udah dikeluarkan oleh seorang jurnalis pasti keren banget sih, berasa diajak liputan tapu versi teks, jadi pengen baca deh
Bener banget, hayuk langsung pesan ke IG penerbitflobamora Mbak.
MasyaAllaah keren mbaa masih update buku nihh. emang bener yaa buku itu jendela dunia, ngga perlu kesana kalo gak ada budget, karena kita bisa rasakan lewat buku
Iya Mbak, lewat buku bisa mengenal daerahnya.
Membuka mata Kita untuk tau Flores dengan segala keindahan, keunikan dan keistimewaannya.
Iya nih Mbak.
Daerah timur bagi aku yang tinggal di Jawa Timur memang menarik untuk di kulik. Tak perlu ke sana karena buku bisa mewakilinya, tapi jujur sih aku pengen suatu hari bisa ke NTT
Iya betul Mbak, ayo visit NTT.
Bangga menjadi bagian dari Indonesia, banyak budaya dan karya yang dihasilkan selain pemandangan yang indah. Semakin mengenal Nusa Tenggara Timur melalui tulisan ini. Semoga suatu hari dapat mengeksplorenya
Ammiin, semoga Mbak.
Betapa banyak sekali hal yang tidak kita ketahui menjadi lebih tahu berkat jurnalis. Luar biasa sekali profesi jurnalis
Sepakat Mbak.
membaca artikel ini saja rasanya seperti dibawa ke bumi Nusa Tenggara Timur.. apalagi jika membaca bukunya ya… jadi banyak tahu tentang kondisi NTT, termasuk ada wabah, tentang budaya dan keindahan alamnya, meskipun baru lewat tulisan.
Betul Mbak, yuk…visit NTT
Pasti eksotis sekali kisah-kisah dalam buku ini, ya. Jadi pengen punya, deh
Beragam kisahnya Mbak.
Itulah kerja jurnalis yang perlu apresiasi. Banyak infromasi tersembunyi yang bisa di tampilkan ke publik
Betul banget Kak.
Meski lahir di NTB, saya belum pernah menginjakkan kaki di provinsi tetangga NTB ini. Bersyukur, sekarang NTT makin populer karena banyak destinasi menarik, seperti Pulau Komodo dan Labuan Bajo. Semoga bisa ke sini, aamiin.
Betul Mbak, destinasi wisatanya masih asri.
Buku yang menarik ya, terutama yang ingin mengenal lebih jauh tentang NTT. Mungkin nanti bisalah baca bukunya dulu baru kemudian menjejakkan kaki di sana untuk menikmati keindahan alamnya yang sangat mempesona.
Iya nih Mbak Siska, hayuk visit NTT.
Meskipun nggak pergi ke mana-mana, lewat sebuah karya kita bisa melihat keindahan daerah lain dan permasalahan yang pernah terjadi di sana. Makin cinta dengan Indonesia, begitu kaya dan indah negerinya, termasuk NTT ya, Mbak
Betul banget Mbak, sebagai jendela dunia buku memberi kita banyak informasi berharga.
MasyaAllah belum pernah ke sana, tapi dari buku itu serasa diajak jalan-jalan ke sana. Pengalaman teman yang pernah tinggal beberapa tahun di sana, memang keindahan alamnya nggak diragukan. Terima kasih berbagi insight bukunya, Mbak
Betul banget Mbak. Sama-sama.
Akses jalannya masih sulit ya kalau mau ke desa-desa, teman KKN dulu asli NTT juga dia pulang paling setahun atau dua tahun sekali karena biaya transportasi nya mahal banget. Justru mahal yg transportasi darat katanya drpd tiket pesawat nya
Iya mahal soalnya kendaraannya juga harus nunggu.
ini bukunys tentang peristiwa yang pernah terjadi di ntt di masa lampau ya, mbak? menarik sekali nih untuk dibaca terutama bagi saya yang sangat buta tentang daerah nusa tenggara
Betul Mbak ulasan di beberapa tahun lalu yang ditulis oleh seorang jurnalis.
Terima kasih banyak, Mbak……
Sama-sama Pak.