Berbicara Serambi Makkah sudah pasti pikiran kita bakal melayang ke salah satu provinsi paling ujung dari Indonesia yaitu Tanah Rencong, Aceh. Ya, alhamdulillah Allah memberi saya kesempatan untuk berkunjung ke Serambi Makkah ini pada tahun 2018 lalu dalam rangka mengikuti Konferensi Bahasa Arab Internasional IMLA (Ittihad al-Mudarrisin li Al-Lughah Al-‘Arabiyah), yaitu organisasa perhimpunan bagi dosen dan guru bahasa Arab se-Indonesia di UIN Ar-Raniri Aceh.
Berbekal semangat ’45, serta dalam rangka mengikuti Konferensi Bahasa Arab Internasional ,saya berangkat bersama kedua teman dari Malang dengan rute Malang-Jakarta dengan Sriwijaya Air, dan Jakarta-Aceh dengan pesawat Batik Air. Alhamdulillah perjalanan lancar, namun saya sempat merasa beda, karena biasanyanya saya berada di atas pesawat maksimal 1 jam setengah, tetapi jarak dari Jakarta –Aceh ditempuh dengan durasi kurang lebih 4 jam. Jadi berasa banget lamanya di udara, walaupun saya mengisi waktu selain dengan makan dan minum (disediakan oleh pesawat), saya juga membaca buku dan sesekali berbincang dengan teman se kampus yang duduk di sebelah saya untuk menghilangkan rasa bosan. Pesawat take off dari Jakarta siang hari dan sampai di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda Aceh di sore hari. Senang rasanya bisa menginjakkan kaki di tanah Rencong ini. Alhamdulillah, dengan jemputan panitia Konferensi saya dan rombongan naik mobil dari daerah Aceh besar menuju hotel tempat menginap di daerah yang tak jauh dari lokasi Konferensi di daerah UIN Ar-Raniri.
Silahkan baca juga: Manfaat Traveling yang Layak Emak Tahu, Nomor 3 Bikin Hati Berbunga
Jujur, saya merasakan aura berbeda saat menginjakkan kaki pertama kali di Aceh. Entahlah, saat memutuskan untuk berangkat ke Aceh saya mendadak super duper memperhatikan barang-barang yang saya bawa, terutama pakaian. Feeling saya bilang, saya akan menuju sebuah daerah yang berbeda dari daerah-daerah yang saya kunjungi untuk kunjungan kerja di belahan bumi nusantara, dan saya tak tahu feeling apa itu.
Setelah dua hari berturut-turut disibukkan dengan acara Konferensi, mulai dari menyimak hingga menjadi pembicara, tibalah saya dan teman-teman untuk melakukan rihlah alias jalan-jalan menyusuri tempat-tempat bersejarah di Serambi Makkah. Suasana Aceh menurut saya berbeda dengan daerah-daerah Indonesia lainnya. Aura spiritual sudah terasa dan seakan menjadi magnet bagi saya. Saya sempat mengamati dan melihat jika hari Jumat semua toko, warung makan, kios tutup hingga solat Jumat selesai dijalankan, dan pemandangan yang menyejukkan adalah seluruh perempuan mengenakan jilbab dan berpakaian tertutup, hingga baliho yang dipasang di pinggir jalan pun menampilkan gambar perempuan yang berhijab.
Silahkan baca juga: Liburan Berkesan Bersama Keluarga
Jikalau kalian sedang berada di Serambi Makkah, jangan lupa untuk mengunjungi 3 tempat yang mendebarkan yang harus kalian kunjungi. 3 tempat ini benar-benar membuat hati saya berdebar tak karuan, selain karena sejarah dan balutan cerita serta rasa yang hadir saat itu. Berikut 3 destinasi mendebarkan ini:
1. Masjid Baiturrahman
Masjid dengan desain unik ini pas banget untuk kalian kunjungi sekaligus merasakan solat di masjid Baiturrahman. Masjid yang memiliki payung layaknya di Masjid Nabawi ini biasanya akan membuka payungnya, akan tetapi saat saya berkunjung sementara payung tidak terbuka di karenakan cucaca berangin. Masjid ini menjadi bukti sejarah atas peristiwa tsunami pada tahun 2012 yang lalu. Oh ya, jikalau kalian akan menuju masjid, lewatlah jalan menuju basement, titipkan sandal dan sepatu lalu menuju tempat wudhu yang telah disediakan dan kalian berjalan menuju area masjid kurang lebih 300 meter karena jarak antara tempat dan wudhu lumayan jauh, saat itu sedang siang hari dan saya terpaksa harus berpanas-panas ria. Selanjutnya kalian bisa berlama-lama solat di masjid ini. Masjid dengan ornamen dan desain berbeda dari masjid-masjid yang pernah saya kunjungi. Setiap hari masjid ini ramai dikunjungi oleh masyarakat Aceh yang sedang menghabiskan waktu bersama keluarga.
2. Kapal PLTD Apung
Lokasi kedua yang saya kunjungi adalah PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Apung. Dinamakan ‘Apung’ karena kapal ini mengapung dan sampai ke darat karena tebawa saat peristiwa tsunami terjadi, sehingga pemerintah setempat ingin menjadikannya sebagai destinasi wisata edukasi masyarakat. Pemerintah sengaja menyulap isi dalam kapal menjadi bahan edukasi masyarakat dengan berbagai sumber dari media visual elektronik yang berisi tentang pengetahuan seputar tsunami, seperti apa itu tsunami? bagaimana tanda-tanda terjadinya tsunami, serta bagaimana cara pertama untuk menyelamatkan diri. Semuanya tersampaikan secara apik dalam kapal PLTD Apung ini. Ada juga guide yang bertugas untuk menyampaikan berbagai informasi tentang Kapal PLTD Apung beserta isinya. Saya hanya bisa meneteskan airmata saat melihat video amatir peristiwa tsunami yang diputar berulang-ulang di dalam Kapal PLTD Apung ini. Seakan video ini memutar memori pada 8 tahun silam atas kejadian yang pernah terjadi di bumi Rencong.
3. Musium Tsunami
12 Comments. Leave new
Beruntung sekali ya Kak bisa menjejakkan kaki di tanah serambi Mekkah. Tiga destinasi tersebut punya nilai sejarahnya sehingga wajib dikunjungi ya Kak.
Alhamdulillah Kak. Iya betul, ada lagi nol kilometer, hanya saya blom kesana.
Jadi penasaran sama museum tsunami nya kak. Soalnya baru denger aku tu haha
Haduh…yang ada haru Mbak…wajib kesana
duh kami tiap tahun lebaran selalu berencana kesini belum kesampaian ditambah lagi lebaran tahun ini nggak mudik ke Medan 🙁
Asli Medan ya Mbak? dekat ya klo ke Aceh. Siip Mbak…saya perlu mengagendakan ulang juga…blom sempat ke Nol Kolimeter soalnya.
2 tujuan yg harus saya kunjungi kalau berkesempatan ke Aceh.. Masjid Baiturrahman dan museum tsunami!
Pastinya Mbak…yuk.
Pengen banget ke museum Tsunami, penasaran banget seperti apa aslinya. Oiyah aku jadi ingat film hafalan shalat Delisa nih mba
Iya Mbak. Semoga bisa kesana ya? Inget Delisa, di galeri ada foto Delisa kecil hingga dewasa Mbak.
Dulu aku 18 tahun tinggal di Aceh Utara, dan 1.5 tahun di Banda Aceh mba. Bukan orang Aceh, tapi Krn udah selama itu di sana, buatku Aceh lebih seperti rumah. Makanya pas ke museum tsunami, baru masuk aja udah nangis, Krn temen2ku banyak yg jadi korban, banyak juga yg belum ditemukan jenazahnya sampai skr. Jadi nyesek aja inget itu. Pas kejadian tsunami, aku kebetulan di Malaysia, tapi rumahku di Banda Aceh hancur rata Ama tanah. Gemetar kalo inget . Ntah apa jadinya kalo aku ga berangkat ke Malaysia waktu itu.
Aceh memang menarik. Syukurnya THN ini aku sempet kesana lagi, walo cuma sampe Aceh Utara. Ga sempet kalo mau ke Banda Aceh.
Ya ALlah Mbak. Iya, saya sedih banget saat ke museum Tsunami dan PLTD Apung. Allah selamatkan Mbak Fanny yaa? Sehat-sehat slalu Mbak Fanny.