Apa yang ada dalam benak kalian ketika punya ilmu? Apakah cukup dengan menggenggam erat-erat ilmu yang telah diperoleh dengan susah payah? ataukah kalian akan mengamalkan dan membagi ilmu pada siapapun juga??
Dalam sebuah mahfudzot (kata mutiara) disebutkan:
العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَر
Artinya: Ilmu yang tak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa, sebagai ahli ilmu, maka kita dianjurkan untuk mengamalkan ilmu yang kita miliki, dianalogikan dengan pohon yang tak ada artinya bila ia tak berbuah. Ibarat pohon yang seharusnya berbuah, ketika pohon tersebut tak berbuah, maka ada yang salah dalam proses tumbuhnya pohon. Sama halnya dengan kita yang telah memiliki ilmu, namun kita hanya menjaganya untuk diri kita sendiri, maka sesungguhnya kita belum menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW.
خيرالناس أنفعهم للناس (رواه طبراني ودارقطني)
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Sebagai pengajar bahasa Arab, saya memiliki pengalaman sebagai guru terbaik. Masuk Pondok Pesantren adalah pilihan saya selepas duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bondowoso, sebuah kota dingin yang terkenal dengan Tapenya. Saya sengaja ingin bisa belajar bahasa Arab, pasalnya selama di MTsN saya selalu tidak paham bahasa Arab dan selalu pulang dengan keadaan tak bisa mengerjakan bahasa Arab karena lagi-lagi saya nggak paham.
Masa belajar di Pondok pesantren saya tempuh selama 5 tahun, 4 tahun sebagai santriwati dan 1 tahun sebagai Ustadzah pengajar di dalam pondok. Saya masuk di sebuah Pondok Pesantren di Jember, pondok Pesantren ini didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren Gontor. Alhamdulillah, saya benar-benar belajar bahasa Arab dari nol dari dasar banget dan Alhamdulillah 4 tahun saya lalui dengan lancar. Pelajaran di Pondok Pesantren ini menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Ada banyak kegiatan pembelajaran selain masuk kelas. Selepas menjadi Ustadzah selama 1 tahun saya pun mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi.
Saat mendaftar masuk Perguruan Tinggi di kota Malang, lagi-lagi yang saya pikirkan adalah bahasa Arab. Saya merasa memiliki dasar dalam dan nyaman belajar bahasa Arab, sehingga saya pun mendaftar ke jurusan Bahasa dan Sastra Arab, alhamdulillah saya diterima. Saya pun belajar berbagai ilmu bahasa Arab dan juga sastra Arab. 4,5 tahun berlalu dan sayapun menyandang status sebagai sarjana sastra. Tak berhenti disitu, Papapun meminta saya untuk melanjutkan sekolah dan lagi-lagi saya memilih S2 Pembelajaran bahasa Arab (PBA), lalu dengan beasiswa Kemenag di tahun 2011 saya pun melanjurkan sekolah ke jenjang S3 di jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan lulus di tahun 2017.
Bahasa Arab telah banyak membawa hal baru dalam hidup saya. Dari nol saya belajar hingga berbagai ilmu saya dapatkan. Sejak tahun 2006 saya pun bergabung dan mengajar di almamater sendiri, di jurusan bahasa dan sastra Arab. Dalam rangka sebagai pengamalan ilmu, saya mengajarkan bahasa Arab sejak saya masih kuliah di S2 pada tahun 2003. Hingga kini saya tercatat sebagai pengajar di jurusan Bahasa dan Sastra Arab (S1) dan Pendidikan Bahasa Arab (S2).
Ada banyak kenikmatan ketika saya memberikan ilmu berbagi berbagai ilmu yang saya miliki pada mahasiswa, atau pada siapapun yang membutuhkan. Bahasa Arab pula yang telah membawa saya berkeliling nusantara untuk mengikuti berbagai seminar. Masya Allah berkah mengajarkan ilmu tak ada duanya.
Selama hayat masih di kandung badan, saya akan berusaha memberikan ilmu yang saya miliki sesuai dengan kemampuan dan kapasitas saya, sebab saya percaya bahwa akan ada banyak manfaat yang didapatkan dari siapa saja tatkala kita mengamalkan ilmu yang telah kita miliki. Saat kita mengamalkan ilmu yang kita miliki, sesungguhnya bukanlah untuk membuat ilmu kita habis, namun ilmu itu akan terus berbuah dan buahnya akan menjadi amal jariyah kita. Sebagaimana Hadits Nabi SAW:
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له .
رواه مسلم
Artinya: “Apabila telah mati anak Adam terputuslah semua amalannya kecuali dalam 3 perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang mendoakannya”. (HR. Muslim).
Bersandar pada hadits diatas, seluruh amal manusia akan terputus saat telah tiada, kecuali tiga hal. Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu yang membuat pahala ilmu akan terus mengalir pada siapapun yang mengamalkan ilmu. Jadi, siapapun kalian, jangan takut untuk merasa bahwa ilmu yang dimiliki akan habis saat berbagi, karena pahalanya akan terus mengalir pada siapapun di akhirat nanti, walau ia telah menghadap Allah SWT.
Bagi saya, menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama itu harus dilakukan dengan terus beramal dan berbagi ilmu yang telah dimiliki. Semoga saya tetap bisa dan selalu beramal dalam hal apa saja, terutama dunia pendidikan untuk menyebarkan bahasa Arab pada seluruh manusia dimanapun berada. Begitupun dengan kalian semua, semoga mampu mengamalkan ilmu pada siapapun dan dimanapun. Amin. Semoga bermanfaat.
#ODOPISB
#IndonesianSocialBlogpreneur