Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
suasana Yogya….
(LaguYogyakarta oleh: Kla Project)
Siapa yang belum pernah ke Yogyakarta? Kota sejuta kenangan ini menawarkan makna bagi para penikmat travelling, termasuk saya. Apalagi saat mendengar barisan lagu milik Kla Project…duuh nostalgia nih ya?
Baca juga: Rekomendasi 5 Tempat Liburan Ala Fitri
Dulu semasa saya kuliah di S1, saya pernah kursus bahasa Inggris dan salah satu tempat untuk bertemu turis adalah di Yogyakarta. Saya bertemu para turis sekaligus praktek cas, cis, cus bahasa Inggris di Candi Borobudur dan Prambanan. Selain itu saya berkunjung ke Malioboro saat malam tiba, janjian bertemu sahabat yang sedang kuliah di IAIN (sekarang UIN) Suka Yogyakarta. Ketemuan hanya sebentar dan situasi pusat kota Malioboro sedang ada acara, sehingga jalanan macet.
Kedua kalinya saya ke Yogyakarta sekitar tahun 2001 saat saya tengah proses merampungkan skripsi. Waktu itu saya sengaja mencari dirasah sabiqah (studi pendahuluan) skripsi yang waktu itu saya husnudhon akan menjumpainya di perpustakaan IAIN SUKA Yogyakarta. Bersama kedua orang teman saya berangkat naik bis DUTA dari terminal Bungurasih Surabaya menuju Yogyakarta dan sampai terminal dini hari. Setelah solat subuh, kami pun menuju wartel dan menelpon teman-teman satu almamater pondok pesantren di IAIN SUKA.
Selanjutnya waktu saya habiskan dengan mencari referensi di perpustakaan, Alhamdulillah saya mendapatkannya. Skripsi yang saya temukan di tahun 1980 dan masih ditulis dengan tangan. Selanjutnya saya tinggal mengembangkan skripsi tersebut dengan menambahkan kajian komparatif penyair Ash-Sho’alik pada masa Jahiliyah dan Umawiyah.
Selanjutnya waktu saya habiskan dengan mencari referensi di perpustakaan, Alhamdulillah saya mendapatkannya. Skripsi yang saya temukan di tahun 1980 dan masih ditulis dengan tangan. Selanjutnya saya tinggal mengembangkan skripsi tersebut dengan menambahkan kajian komparatif penyair Ash-Sho’alik pada masa Jahiliyah dan Umawiyah.
Kemudian pada tahun 2017 akhir, saya diajak teman-teman fakultas menuju Yogyakarta. Selang waktu yang cukup panjang membuat saya lupa beragam atribut kota Yogya. Saya ingat dulu pada tahun sebelum 2000 zaman masih
menggunakan wartel, sekarang lokasi itu sempat saya ingat-ingat.
menggunakan wartel, sekarang lokasi itu sempat saya ingat-ingat.
Malioboro di malam hari (Foto dokumen pribadi) |
Wajah Malioboro juga berubah. Saya sangat menikmati sambutan warga khususnya para penjual saat malam mulai turun. Bagaimana suasana malam yang sangat hidup, ramai dan seakan tak pernah tidur. Situasi pusat kota yang begitu gemerlap membuat saya cukup menikmati malam hari di Malioboro. Selain keramaian pusat kota, dagangan para penjual di Malioboro selalu memberikan magnet tersendiri dan membuat saya ingin beli…he..he.. Setelah mengantongi barisan kaos dan daster batik saya kembali ke hotel mungil dekat Malioboro. Esok harinya saya menyempatkan menjelajahi Goa Pindul, dan pantai di sana.
Bagi saya, Yogyakarta itu selaksa makna. Walau dulu hati saya pernah tertinggal di sana (edisi curhat hahayy) namun saya bertekad saya akan bertemu Yogyakarta suatu hari nanti, entah kapan. Alhamdulillah Allah mengabulkannya.
27 Comments. Leave new
wah malioboro. blm lgkap rasanya kl ke Yogya namun blm ke malioboro y mb ^^ terima kasih sdh berbagi mb. salam knal
Betul Mbak, Malioboro jantung kota Yogyakarta. Salam kenal juga
aku blm pernah ke goa pindul. ada apakah di sana?
Saya sekali itu Mbak. Di goa Pindul kita menyusuri goa dengan duduk di ban yang besar. Seru
Yogyakarta emang enggak bisa dikunjungi cuma sekali, aku baru dua kali kesana, pernah ke candi Borobudur, Prambanan, hutan Pinus pengger, Merapi park, Malioboro, monumen Jogja kembali, wisata yg lagi hits masih banyak yg belum dikunjungi, mungkin kapan-kapan bisa kesana lagi
Betul Mbak….sekali aja kurang yaa?
Duh jadi kangen banget pengen ke Jogja.. suasananya itu lho.. jadi semacem magnet tersendiri.. selalu ada hal yg bikin kangen
Iya…sepakat Mbak
aahhh…jogja, kota kedua perantauanku, yang selalu bikin kangen. jogja selalu punya tempat di hatiku hehehe
Ciyee….sama Mbak…nuansanya itu lho beda.
jogjaaa selalu menjadi favorit hihi, saya pun kalo mau traveling yang enggak jauh ujung2nya main ke jogja wkwkwk.
Keren Mbak, tempat wisatanya macam-macam yaa
Masya Allah, Saya baca cerita mba, saya jadi ingat dengan seseorang, hiks.. Bener-bener kota kenangan huhu #curcol
Sttt…hew..hew…tidak apa-apa curcol Mbak Dyah.
Saya tinggal di Jogja, mbak.
Kapan terakhir ke sini? Sekarang Malioboro sudah banyak berubah dan lebih rapi, lho. Banyak kursi taman di sepanjang jalannya. Pokoknya romantis, deh 😀
Terakhir 2017 Mbak Hastin. Insya Allah pengen ke Yogya lagi.
Terakhir ke Jogja waktu SMP..sudah sangat lama..dan masih pengen banget bisa traveling ke sana bareng keluarga…happy banget mbak Laily bisa jalan-jalan ke sana…pasti menyenangkan sekali 🙂
Ah, Jogja memang membuat rindu orang orang yang pernah datang dan berjumpa dengannya. Dari rumah saya cuma dua jam perjalanannya lho mbak. *terusngopo? hehehe
Jogja oh jogja..mmg jd primadona
Pantas sj kota ini menjadi daerah istimewa di indonesia ini
aaaaahhh Jogja ini selalu dirindukan, aku rindu sate klathak dan kopi arang hehehe aku juga rindu naik becak ngalor ngidul kena angin sepoy2
Yogya itu emang ngangenin ya Mbak.
Saya baru sekali kesana dan belum mengexplorenya dgn baik, secara kesana untuk berobat, huhuh.
Semoga masih diberi waktu dan rezki untuk bisa jejakkan kaki lagi ke Yogya.
Jogja selalu bikin rindu untuk selalu pulang
Mau kesana lagiii .
Saya belum punya kenangan sama sekali di Jogja Mbak. Belum pernah ke sana soalnya yah semoga suau hari bisa jalan2 juga ke sana.
Amiin
aku jadi mau k Yogya terus, entah kenapa kalo mengunjungi Yogya tuh gapernah bosan. Padahal maish banyak lokasi yg belum disinggahi
Betul Mbak